Bagi yang suka mengunjungi tempat-tempat yang dianggap
keramat dengan tujuan meng-harapkan sesuatu, patut mencermati penjelasan dari
ulama dibawah ini. Penjelasan ini saya kutip dari buku “Benteng Tauhid,
Bertawassul Dengan Para Nabi Dan Orang-Orang Shaleh, Dr. Abdul Karim Al
‘Aqel”. Buku ini diterbitkan dan
dipublikasikan oleh Daar Al Qasim, Saudi Arabia.
Karena tidak tahu akan hakikat mukjizat dan keramat, banyak
manusia yang tidak dapat membedakan diantara keduanya dengan benar. Akibatnya
mereka juga tidak dapat membedakan mana mukjizat dan karomah yang benar-benar
datang dari Allah sebagai penyempurna risalah yang disampaikan-Nya kepada
manusia, pendukung (dakwah) rasul-rasul-Nya serta penghormatan kepada sebagian
wali-wali-Nya yang benar-benar shaleh, dan mana yang khurafat dan
kebohongan-kebohongan yang diada-adakan
oleh para dajjal dan mereka klaim sebagai mukjizat dan keramat, dengan
tujuan mempermainkan akal manusia dan memakan harta mereka dengan cara yang
bathil.
Orang-orang yang tidak mengerti itu menyangka bahwa mukjizat
dan keramat itu adalah sesuatu (kelebihan) yang dapat dicapai dengan usaha dan
kemauan seseorang.
Karena ketidak mengertian dan kesalah-pahaman inilah, mereka
menyangka bahwa wali-wali dan orang-orang shaleh itu dapat melakukan dan
memamerkannya kapan dan dimana saja mereka kehendaki. Keyakinan seperti ini disebabkan oleh
kejahilan manusia terhadap Tuhan dan hekikat agama yang mereka anut.
Kepada mereka ini kita katakan, bahwa semua kejadian (aneh)
yang digambarkan oleh para dajal dan pendusta itu sebagai mukjizat dan keramat
bagi wali itu adalah kebohongan belaka. Sebenarnya semua kejadian (aneh) itu
adalah akibat permainan syaitan atau ciptaan akal manusia yang mengandung makar
(tipu daya) dengan menciptakan ilustrasi (gambaran) peristiwa-peristiwa ajaib,
kemudian mengklaimnya sebagai mukjizat atau keramat. Tujuannya adalah untuk
mempromosikan bahwa sang penghuni makam ini memiliki kehebatan agar masyarakat
mengagungkannya.
Dengan demikian, masyarakat yang tidak mengerti apa-apa
tertarik untuk berziarah dengan tujuan mencari berkah dan meminta berbagai
hajat dan keinginan yang tentunya dengan membawa bermacam nadzar dan hadiah
untuk mereka (para penghuni kuburan itu). Ini tentu saja menjadi sumber penghidupan
dan merupakan mata pencarian bagi pengangguran dan pemalas, dengan cara
mempermainkan (keluguan dan kebodohan) masyarakat untuk memakan harta mereka
dengan cara yang bathil (tidak Halal).
Setiap orang berakal yang masih memiliki fitrah yang sehat, tidak
mungkin dapat menerima, bahwa orang mati yang ruhnya sudah berpisah dengan
jasad, tidak bisa bergerah dan tubuhnya sudah dimakan ulat tanah tinggal
tulang-belulang lapuk, sanggup berbuat sesuatu. Tentu saja, tidak ada yang
dapat menerima kebohongan-kebohongan yang nyata ini, kecuali orang bodoh dan
dungu. Karena klaim-klaim seperti itu mustahil dilakukan oleh orang yang masih
hidup, apalagi oleh orang yang sudah meninggal. Apakah kita rela
mengenyampingkan akal yang diberikan Allah demi membenarkan kebohongan seperti
ini. Sesungguhnya akal yang cemerlang dan fitrah yang sehat akan menolak dengan
keras kebohongan-kebohongan seperti ini, karena bertentangan dengan sunnatullah
kauniah (dalam penciptaan) dan syar’iyyah (syari’at)-Nya. (Benteng Tauhid, Bertawassul
Dengan Para Nabi Dan Orang-Orang Shaleh, Dr. Abdul Karim Al ‘Aqel)
Setelah mencermati penjelasan diatas, sudah sepatutnya kita
menumbuhkan kesadaran didalam diri untuk segera meluruskan akidah di dalam
beragama. Segera bertobat dan terus berupaya meningkatkan keimanan dan
ketakwaan dengan cara selalu menambah ilmu agama, terutama ilmu tentang tauhid.
Pekanbaru, Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar