Rabu, 29 Januari 2014

Mensikapi Keramat Yang Diada-Adakan

Bagi yang suka mengunjungi tempat-tempat yang dianggap keramat dengan tujuan meng-harapkan sesuatu, patut mencermati penjelasan dari ulama dibawah ini. Penjelasan ini saya kutip dari buku “Benteng Tauhid, Bertawassul Dengan Para Nabi Dan Orang-Orang Shaleh, Dr. Abdul Karim Al ‘Aqel”.  Buku ini diterbitkan dan dipublikasikan oleh Daar Al Qasim, Saudi Arabia.

Karena tidak tahu akan hakikat mukjizat dan keramat, banyak manusia yang tidak dapat membedakan diantara keduanya dengan benar. Akibatnya mereka juga tidak dapat membedakan mana mukjizat dan karomah yang benar-benar datang dari Allah sebagai penyempurna risalah yang disampaikan-Nya kepada manusia, pendukung (dakwah) rasul-rasul-Nya serta penghormatan kepada sebagian wali-wali-Nya yang benar-benar shaleh, dan mana yang khurafat dan kebohongan-kebohongan yang diada-adakan  oleh para dajjal dan mereka klaim sebagai mukjizat dan keramat, dengan tujuan mempermainkan akal manusia dan memakan harta mereka dengan cara yang bathil.

Orang-orang yang tidak mengerti itu menyangka bahwa mukjizat dan keramat itu adalah sesuatu (kelebihan) yang dapat dicapai dengan usaha dan kemauan seseorang.
Karena ketidak mengertian dan kesalah-pahaman inilah, mereka menyangka bahwa wali-wali dan orang-orang shaleh itu dapat melakukan dan memamerkannya kapan dan dimana saja mereka kehendaki.  Keyakinan seperti ini disebabkan oleh kejahilan manusia terhadap Tuhan dan hekikat agama yang mereka anut.

Kepada mereka ini kita katakan, bahwa semua kejadian (aneh) yang digambarkan oleh para dajal dan pendusta itu sebagai mukjizat dan keramat bagi wali itu adalah kebohongan belaka. Sebenarnya semua kejadian (aneh) itu adalah akibat permainan syaitan atau ciptaan akal manusia yang mengandung makar (tipu daya) dengan menciptakan ilustrasi (gambaran) peristiwa-peristiwa ajaib, kemudian mengklaimnya sebagai mukjizat atau keramat. Tujuannya adalah untuk mempromosikan bahwa sang penghuni makam ini memiliki kehebatan agar masyarakat mengagungkannya.

Dengan demikian, masyarakat yang tidak mengerti apa-apa tertarik untuk berziarah dengan tujuan mencari berkah dan meminta berbagai hajat dan keinginan yang tentunya dengan membawa bermacam nadzar dan hadiah untuk mereka (para penghuni kuburan itu). Ini tentu saja menjadi sumber penghidupan dan merupakan mata pencarian bagi pengangguran dan pemalas, dengan cara mempermainkan (keluguan dan kebodohan) masyarakat untuk memakan harta mereka dengan cara yang bathil (tidak Halal).

Setiap orang berakal yang masih memiliki fitrah yang sehat, tidak mungkin dapat menerima, bahwa orang mati yang ruhnya sudah berpisah dengan jasad, tidak bisa bergerah dan tubuhnya sudah dimakan ulat tanah tinggal tulang-belulang lapuk, sanggup berbuat sesuatu. Tentu saja, tidak ada yang dapat menerima kebohongan-kebohongan yang nyata ini, kecuali orang bodoh dan dungu. Karena klaim-klaim seperti itu mustahil dilakukan oleh orang yang masih hidup, apalagi oleh orang yang sudah meninggal. Apakah kita rela mengenyampingkan akal yang diberikan Allah demi membenarkan kebohongan seperti ini. Sesungguhnya akal yang cemerlang dan fitrah yang sehat akan menolak dengan keras kebohongan-kebohongan seperti ini, karena bertentangan dengan sunnatullah kauniah (dalam penciptaan) dan syar’iyyah (syari’at)-Nya. (Benteng Tauhid, Bertawassul Dengan Para Nabi Dan Orang-Orang Shaleh, Dr. Abdul Karim Al ‘Aqel)

Setelah mencermati penjelasan diatas, sudah sepatutnya kita menumbuhkan kesadaran didalam diri untuk segera meluruskan akidah di dalam beragama. Segera bertobat dan terus berupaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan cara selalu menambah ilmu agama, terutama ilmu tentang tauhid.
Pekanbaru, Januari 2014

Tidak ada komentar: