Rabu, 15 Januari 2014

Mengenal Dan Meneladani Siti Khadijah

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat dukungan penuh dari isterinya Siti Khadijah didalam mengemban tugas kerasulan. Mengenal Siti Khadijah, seyogianya memberikan dorongan kepada kita untuk terus berusaha berbuat untuk tegaknya nilai-nilai Islam. Usaha penegakan nilai-nilai Islam itu, merupakan perjuangan bagi kita. Perjuangan dengan menggunakan berbagai kerunia yang telah diberikan Allah Ta’ala.

Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud menceritakan sosok Siti Khadijah. Dijelaskan, bahwa Siti Khadijah adalah masih satu keturunan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu bertemu pada Qushai.

Jika diuraikan silsilah keturunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Siti Khadijah adalah demikian:
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai.
Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushai.
Jadi, diantara isteri-isteri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Siti Khadijah inilah yang paling dekat nasabnya dengan beliau. 

Siti Khadijah adalah seorang janda keturunan bangsawan Quraisy. Ia telah dua kali kawin, yang pertama dengan ‘Atieq bin ‘aabid Al-Makhzumi seorang laki-laki masih tergolong keluarga bangsawan Quraisy. Perkawinan pertama ini lama berlangsung, hanya menurunkan seorang putri bernama Hindun, karena ‘Atieq meninggal dunia.

Kemudian Siti Khadijah kawin lagi dengan Nabbasy bin Zurarah Attaimy, juga seorang laki-laki keturunan keluarga bangsawan Quraisy. Perkawinan ini menurunkan seorang putera bernama Halal dan seorang putri juga bernama Hindun. Perkawinan kedua inipun tidak berlangsung lama, karena Nabbasy meninggal dunia pula. 

Siti Khadijah mempunyai pribadi luhur dan akhlak mulia. Dalam kehidupannya sehari-hari, senantiasa memelihara kesucian dan martabat dirinya. Ia jauhi adat-istiadat yang tidak senonoh wanita-wanita  Arab Jahiliyah pada waktu itu, sehingga oleh penduduk Mekah ia diberi gelar “ At-Thahirah”. Ia mempunyai pikiran yang tajam , lapang dada, kuat himmah dan tinggi cita-citanya. Ia suka menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan dan sangat penyantun kepada orang-orang yang lemah. Disamping itu, ia adalah seorang  wanita yang pandai berdagang. Perdagangannya tidak dikerjakannya sendiri, melainkan dibawa oleh beberapa orang kepercayaannya atau oleh orang-orang yang sengaja mengambil upah untuk membawakan dagangannya ke negeri Syam dan lain-lain. Perdagangannya sangat maju, sehingga ia adalah terhitung seorang wanita yang kaya raya dan sangat dermawan dalam masyarakat Quraisy kota Mekah pada saat itu.

Meskipun Siti Khadijah telah dua kali kawin, telah menjadi janda dan mempunyai anak, tetapi banyak laki-laki yang meminangnya untuk mengambilnya menjadi isteri. Tetapi semua pinangan yang dimajukan itu ditolaknya dengan cara yang bijaksana  dan sangat halus, sehingga laki-laki yang telah ditolak pinangannya itu tidak merasa tersinggung atau merasa dihina. Demikianlah kebesaran pribadi dan ketinggian budi wanita pilihan yang ditetapkan oleh Allah  dalam qadar-Nya bahwa wanita pilihan ini menjadi isteri seorang Utusan Allah, yang akan memperbaiki akhlak kaumnya dan mengangkat derajat kaumnya yang bergelimang dalam lumpur kesesatan dan kehinaan, ke derajat kemuliaan dan kebahagiaan yang kekal abadi.
 ( Sumber:  Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud )



Tidak ada komentar: