Selasa, 14 November 2017

Mempersiapkan Diri Ketika Berada Di Tanah Suci



Kesempatan dapat menunaikan ibadah haji, sangat didambakan oleh seorang muslim. Sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kemampuan financial, kesempatan itu semakin berkurang. Perlu menunggu bertahun-tahun.
Oleh sebab itu, bagi yang mendapatkan kesempatan ke tanah suci patut memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya dengan mempersiapkan diri sebelum berangkat, tetapi juga mempersiapkan diri ketika berada di tanah suci.
Setelah berada di tanah suci, biasanya ada kerinduan terhadap keluarga di tanah air. Hal ini wajar dan manusiawi. Namun, ada baiknya disadari, bahwa setahu saya jemaah haji tidak dapat pulang sebelum waktunya. Begitu juga sebaliknya, keluarga ditanah air tidak akan dapat ke tanah suci.
Mensikapi kenyataan ini, sebaiknya informasi yang diberikan oleh keluarga, tidak mengganggu kekhusukan jemaah haji beribadah di tanah suci. Bagi jemaah hajipun, pusatkan perhatian dan pikiran untuk beribadah sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Urusan keluarga di tanah air, serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.


Pengalaman Di Penyeberangan Merak-Bakauheni



Kehidupan terus berjalan. Banyak hal yang berubah. Mempersiapkan diri menghadapi perubahan itu perlu. Dapat membandingkan suatu kondisi dimasa lalu dengan masa kini, merupakan “rahmat” yang layak disyukuri. Salah satu perubahan yang saya rasakan adalah kondisi penyeberangan Merak-Bakauheni. Penyeberangan ini menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Dimusim liburan, penyeberangan Merak-Bakauheni selalu ramai. Apalagi pada liburan hari Raya Idul Fitri. Sebagai salah satu lintasan mudik, penyeberangan Merak-Bakauheni akan menjadi sangat ramai.
Beberapa kali melintasi Merak-Bakauheni di tahun 1990 an menggunakan kendaraan pribadi, memberi kesan tersendiri. Waktu itu, antrian kendaraan pribadi berada di Terminal 3. Saat-saat menunggu masuk ke kapal penyeberangan, dimanfaatkan untuk saling tukar informasi.
Ada pemandangan yang menarik. Pengemudi dan penumpang membentuk kelompok-kelompok kecil. Berkumpul disekitar kendaraannya. Topik pembicaraan umumnya seputar kondisi jalan. Informasi tentang jalan memang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan perjalanan waktu itu.

Jumat, 10 November 2017

Selamat Dari Upaya Pembunuhan



Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 3 halaman 468 dan 469 diceritakan, dikisahkan ada seseorang menemani orang lain dalam suatu perjalanan. Kemudian dia menghianatinya dan hendak membunuhnya. Orang yang hendak dibunuh berupaya menyelamatkan diri dengan cara merendahkan diri dan menakut-nakutinya dengan nama Allah. Namun, hal itu semakin menambah kuat niatnya untuk membunuh.
Calon korban berkata:”Jika demikian, beri aku kesempatan untuk shalat dua rakaat“. Si pembunuh berkata:” Lakukanlah dengan ringan”. Dia pun berdiri, lalu shalat. Tapi dia gemetar karena dihinggapi rasa takut yang hebat sehingga tidak ada ayat Al-Qur’an yang dapat diingatnya walaupun hanya satu huruf. Dia hanya mematung dengan bingung. Si pembunuh berkata:” Ayo cepat selesaikan”. Tiba-tiba, Allah membuat lidahku lancar melafalkan ayat:” Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan?...( QS. An-Naml 62).
Tiba-tiba dihadapanku ada seorang Persia yang muncul dari bibir lembah dengan memegang sangkur. Kemudian, dia melemparkannya kepada si pembunuh  dan tepat mengenai jantungnya hingga dia pun terjungkal  dan tewas. Kemudian aku menghampiri orang Persia itu seraya berkata:” Demi Allah siapakah anda? Dia menjawab:” Aku adalah seorang utusan dari Yang Memenuhi permohonan orang yang berdoa kepada-Nya pada saat mendapat kesulitan dan yang melenyapkan kesulitan itu”. Kemudian, aku mengambil keledai dan bawaanku, lalu pulang dengan selamat.
(sumber: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 3, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)

Senin, 30 Oktober 2017

Mudahnya Mengurus Paspor



Ketika mendapat undangan untuk berkunjung keluar negeri, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan paspor. Hal itulah yang kami lakukan. Datang ke Kantor Imigrasi mencari informasi. Setelah informasi didapat, mulailah membuka simpanan surat-surat.
Syarat untuk pengurusan paspor itu adalah:
1.      E-KTP/Resi perekaman E-KTP.
2.      KK (Kartu Kelurga).
3.      Akte Kelahiran/Ijazah/Surat Nikah (tercantum tempat dan tanggal lahir).
4.      Paspor lama bagi yang sudah memiliki..
Semua dokumen tersebut di fotocopy di kertas A4 dengan menyertakan Dokumen Asli.
Pagi sekitar pukul 07.00 WIB, kami sudah tiba di Kantor Imigrasi. Ternyata sudah ada beberapa orang yang duduk-duduk di pelataran kantor didepan pintu utama. Setelah kami perhatikan, ternyata duduk dipelataran/teras itu merupakan antrian. Kami pun ikut antri.

Minggu, 08 Januari 2017

Lupa Yang Tak Terlupakan (2)



Suatu ketika, disebuah masjid saya melihat seorang kenalan. Saya pernah satu kantor dengannya. Cukup lama. Belasan tahun, Namun, sejak pindah tugas ke kota ini, saya belum pernah bertemu lagi. Sebagai seorang kenalan, saya hampiri beliau dan berbincang-bincang. Setelah agak lama berbincang, beliau mengemukakan sebuah pertanyaan yang membuat saya kaget. “Bapak siapa”?: katanya. Saya tidak menduga bahwa dia sudah lupa. Belum terlalu lama saya pindah tugas. Dengan sedikit kesal, saya menyebutkan nama lengkap termasuk embel-embelnya. Mendengar itu, dia tertawa.

Diluar dugaan saya dia bisa lupa. Sebab, tidak hanya satu kantor tetapi kami juga menjadi pengurus dari sebuah organisasi. Saya sebagai ketua dan dia bendaharanya.  Kenyataannya dia lupa. Lupa yang tak terlupakan bagi saya.

Jumat, 23 Desember 2016

Lupa Yang Tak Terlupakan



Lupa sudah menjadi tabiatnya manusia. Dengan bertambahnya umur, boleh jadi bertambah banyak pula yang dilupakan. Namun, terkadang, lupa bukan disebabkan faktor usia. Tempat dan suasana, dapat juga menjadi penyebab timbulnya lupa. Saya pernah mengalami beberapa kali lupa yang tidak dapat saya lupakan.

Suatu ketika di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Saya dikejutkan dengan hadirnya seorang ibu-ibu paruh baya. Waktu itu saya baru kembali dari toilet. Terlihat isteriku sedang berbicara dengan seorang ibu. Ketika melihatku, ibu tersebut senyum ramah. Setelah kudekati, si ibu berdiri menyalami dan mencium tanganku. Aku kaget. Beraninya ibu ini mencium tanganku didepan isteriku. Isteriku hanya senyum-senyum. Mungkin merasa penasaran karena aku terlihat bingung, si ibu mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menyebutkan nama paggilannya. Barulah kau sadar, bahwa dia adalah adik sepupuku.  Aku benar-benar lupa. 

Kalau boleh beralasan mengapa saya bisa lupa dengan adik sendiri, maka tempatlah yang menjadi penyebabnya. Saya tidak pernah menduga akan bertemu dengan adik saya itu di Bandara Sukarno Hatta. Sebab, bandara ini jauh dari tempat tinggal kami.

Sabtu, 18 Juni 2016

Menunggu Beduk Berbunyi (kenangan Masa Kecil)



Setiap kali memasuki bulan Ramadhan, saya teringat masa kecil dulu. Kota ini belum seperti sekarang ini. Informasi masuknya waktu berbuka hanya melalui siaran radio (RRI) dan bunyi beduk. Bagi anak-anak seusia saya, bunyi beduk merupakan tanda berbuka yang sangat ditunggu-tunggu.

Didekat tempat kediaman kami, ada sebuah surau. Bangunan bertiang (panggung), yang terbuat dari papan. Pengurus surau itu biasa kami panggil Mbah Mudin. Ketika berpuasa, bagi kami Mbah Mudin sosok yang menarik perhatian. Salah satu tugasnya adalah memukul beduk tanda masuknya waktu berbuka.