Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
jilid 3 halaman 468 dan 469 diceritakan, dikisahkan ada seseorang menemani
orang lain dalam suatu perjalanan. Kemudian dia menghianatinya dan hendak
membunuhnya. Orang yang hendak dibunuh berupaya menyelamatkan diri dengan cara
merendahkan diri dan menakut-nakutinya dengan nama Allah. Namun, hal itu
semakin menambah kuat niatnya untuk membunuh.
Calon korban berkata:”Jika demikian,
beri aku kesempatan untuk shalat dua rakaat“. Si pembunuh berkata:” Lakukanlah
dengan ringan”. Dia pun berdiri, lalu shalat. Tapi dia gemetar karena
dihinggapi rasa takut yang hebat sehingga tidak ada ayat Al-Qur’an yang dapat
diingatnya walaupun hanya satu huruf. Dia hanya mematung dengan bingung. Si
pembunuh berkata:” Ayo cepat selesaikan”. Tiba-tiba, Allah membuat lidahku
lancar melafalkan ayat:” Atau siapakah
yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa
kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan?...( QS. An-Naml 62).
Tiba-tiba dihadapanku ada seorang
Persia yang muncul dari bibir lembah dengan memegang sangkur. Kemudian, dia
melemparkannya kepada si pembunuh dan
tepat mengenai jantungnya hingga dia pun terjungkal dan tewas. Kemudian aku menghampiri orang
Persia itu seraya berkata:” Demi Allah siapakah anda? Dia menjawab:” Aku adalah
seorang utusan dari Yang Memenuhi permohonan orang yang berdoa kepada-Nya pada
saat mendapat kesulitan dan yang melenyapkan kesulitan itu”. Kemudian, aku
mengambil keledai dan bawaanku, lalu pulang dengan selamat.
(sumber: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
jilid 3, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar