Rabu, 15 Juli 2015

Rela Berkorban Demi Meraih Ridha Allah



Kecintaan sejati kepada Allah ‘Azza wa Jalla akan mendorong pelakunya untuk mengorbankan semua yang ia miliki demi meraih keridhaan kekasihnya. Tidak hanya itu, bahkan ia melakukan hal itu dengan senang hati. Semua yang ia korbankan adalah untuk mendapatkan keridhaan-Nya.

Mari kita perhatikan bersama sebuah peristiwa yang dikisahkan oleh Abdullah bin Jahsy dimalam perang Uhud. Ia berkata kepada Sa’ad bin Abi Waqqash:” Kemarilah, kita berdoa kepada Allah Ta’ala”.
Kemudian mereka menyepi disuatu tempat. Sa’ad berdoa:” Ya Rabbi, jika besok pagi kami bertemu musuh, maka hadapkan aku dengan lelaki yang tangguh Lagi pemberani serta kuat serangannya. Hingga aku menyerangnya dan ia pun menyerangku. Kemudian Engkau karuniakan kepadaku kemenangan hingga aku membunuhnya dan kurampas hartanya”. Abbdullah pun mengamininya. Lantas dia berdoa:” Ya Allah, hadapkanlah aku besok dengan lawan yang tangguh lagi pemberani serta kuat serangannya. Aku menyerangnya dan ia pun menyerangku. Kemudian ia mengalahkanku. Ia potong hidung dan telingaku. Sehingga ketika aku bertemu dengan-Mu kelak, Engkau katakan kepadaku :” Wahai Abdullah, untuk apa hingga hidung dan telingamu sampai terpotong? Maka aku menjawab:” Untuk-Mu dan Rasul-Mu”. Lantas Kamu berfirman “Kamu benar”.

Sa’ad berkata:”Doanya lebih baik daripada doaku. Dipenghujung pertemuan aku melihatnya, sedang hidung dan telinganya tergantung disebuah tali:.

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Mush’ab bin Umair berjalan dengan membawa kulit domba sebagai ikat pinggang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda:”Lihatlah lelaki yang hatinya diberi cahaya oleh Allah ini. Sungguh dulu aku melihatnya berada ditengah-tengah kedua orang tuanya. Mereka berdua memberinya makanan dan minuman yang paling enak. Kemudian kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya telah membawanya pada kondisi yang kalian lihat sekarang.(HR.Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah)

Pengorbanan dan jihat adalah bukti cinta yang paling agung.
{Sumber: Mencintai Dan Dicintai Allah (Kaifa Nuhibbulloh wa Nasytaqu ilaihi), Dr. Majdi Al-Hilali}

Tidak ada komentar: