Rabu, 04 Maret 2015

Umar Dan Budaknya Bergantian Naik Unta (Kisah Keteladanan)



Banyak keteladanan telah diberikan oleh pemimpin masa lalu. Salah satu bentuk keteladanan itu adalah sikap menghargai sasama manusia. Jabatan tinggi, tidak membuat seorang pemimpin berperilaku meninggikan diri dimata manusia. Sikap seperti itu, telah diperlihatkan oleh Umar bin Khaththab. 

Dalam sebuah buku “Shalat Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr”, diceritakan bagaimana Umar sebagai seorang pemimpin memperlakukan seorang budak.

Ketika Umar bin Khaththab r.a mengadakan perjalanan ke Syam, ia bergantian menaiki kendaraan dengan budaknya. Setelah mengendarai unta sejauh satu farsakh sementara budaknya memegangi tali kekang unta itu, Umar turun dan menyuruh budaknya untuk menaiki unta. Bergantian, Umar yang memegangi tali kekangnya dan dituntunnya sejauh satu farsakh. Begitulah mereka berdua melakukannya sampai ketika dekat Syam, tibalah giliran budak itu yang menaiki unta, sedang Umar yang memegangi tali kekang unta.


Umar mendapati air dijalan sehingga dia menceburkan diri ke air sambil memegangi tali kekang unta itu. Kedua sandalnya digantungnya dipundak kirinya. Abu Ubaidah bin Al-Jarah yang menjadi gubernur Syam datang menyambut seraya berkata:” Wahai Amirul Mukminin, para pembesar Syam sedang berdatangan menyambutmu. Tidak baik kiranya jika mereka melihatmu dalam keadaan seperti ini”. Umar menjawab:” Hanyasanya Allah memuliakan kita dengan Islam. Aku tidak peduli dengan omongan orang”. ( Shalat Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr)

Dari kisah ini dapat kita ambil pengajaran, bahwa kemulian yang kita cari adalah kemuliaan sesuai dengan nilai-nilai agama. Bukan kemuliaan menurut pandangan manusia semata. Kita sangat perlu memposisikan diri secara tepat menurut ketentuan Yang Maha Kuasa.

Pekanbaru, Januari 2015.

Tidak ada komentar: