Rabu, 18 Maret 2015

Istri Dapat Dapat Menjadi Penyebab Tertutupnya Hidayah

Banyak orang ingin iltizam (konsekuen, taat) tetapi ada problem yang mengganjal. Yakni jika ia ber iltizam maka akan berbenturan dengan kepentingan istri yang dicintainya.

Berapa banyak pemuda yang secara sungguh-sungguh ingin iltizam, tetapi tak berdaya menghadapi keinginan-keinginan istrinya.

Setiap kali sang suami berfikir untuk iltizam, dan tampak berhembus angin perubahan pada wajahnya, serta merta sang istri datang dan menuntutnya dengan permintaan-permintaan yang bertentangan dengan iltizam. Misalnya mengajak wisata ke luar atau dalam negeri, selanjutnya mengunjungi tempat-tempat ikhtilath (yaitu bercampu baurnya laki-laki dan perempuan di satu tempat dengan tanpa hijab atau pembatas) atau masuk tempat-tempat serupa, entah karena memang menyukainya atau sekedar ikut-ikutan teman-temannya.

Ketika menikah, seorang pemuda berharap agar ia bisa mengubah karakter istrinya. Tetapi kenyataannya malah berbalik, sang istri menjadikan tanah lebih berlumpur. Apalagi jika istri tergolong kaya, sebagian orang yang lemah jiwanya akan jatuh oleh berbagai iming-iming materi. Apatah lagi kini kita hidup pada zaman dimana materi membuat nilai-nilai dan prinsip tak berdaya.

Saya nasehatkan kepada pemuda yang diuji dengan isteri seperti begini, yang tak mungkin lagi diharapkan bisa berubah dan diambil kebaikannya; yang paling baik bagi Anda adalah menceraikannya. Ceraikanlah istrimu, niscaya Allah akan mengganti untukmu istri yang lebih baik dari dirinya, sebab tak ada lagi kebaikan yang diharapkan jika engkau terus bersamanya. (sumber: 29 Sebab Tertutupnya Pintu Hidayah, Shalih bin Muqbil Al-Ushaimi)

Tidak ada komentar: