Ketika salah seorang diantara kita mengetahui sejauh mana
kecintaan Allah kepadanya niscaya hal itu akan memotivasi dirinya agar
senantiasa ridho terhadap ketentuan-Nya. Bagaimana tidak, padahal ia begitu
yakin bahwa Rabbnya tidak akan menginginkan sesuatu untuk dirinya kecuali
kebaikan. Dia tidak menciptakannya untuk diazab, tetapi Dia menciptakannya
dengan tangan-Nya kemudian memuliakannya diatas seluruh makhluk dengan
memasukkannya kedalam surga, negeri kenikmatan abadi. Apalagi setiap takdir
(ketentuan) yang ditetapkan untuknya merupakan langkah yang dipersiapkan oleh
Allah untuk menuju negeri ini.
Dengan demikian, takdir yang menyakitkan dan musibah yang
melanda, tak lain hanyalah ‘alat’ yang digunakan Allah untuk mengingatkan para
hamba-Nya akan hakikat keberadaan mereka di dunia, bahwa dunia bukanlah tempat
tinggal mereka. Dunia adalah negeri ujian. Mereka harus segera kembali
kepada-Nya sebelum hilangnya kesempatan. Allah berfirman:
...Dan Kami timpakan kepada mereka adzab supaya mereka
kembali (kejalan yang benar). (Az-Zukhruf 43: 48)
Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab
yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat);
mudah-mudahan mereka kembali (kejalan yang benar). As-Sajdah 32: 21)
Ia juga merupakan sarana pembersih dari pengaruh dosa dan
kelalaian yang dilakukan hamba. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
Tidak ada satupun musibah, penyakit, kesedihan dan ganguan
yang menimpa seorang muslim hingga duri yang mengenainya kecuali dengannya
Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.(Muttafaq ‘alaih)
Semua takdir yang ditentukan Allah bagi hamba-hamba-Nya pada
dasarnya membawa kebaikan yang sejati bagi mereka sekalipun yang nampak bukan
seperti itu. (Mencintai Dan Dicintai Allah Bagaimana Mewujudkannya? Dr. Majdi
Al-Hilali)
Pekanbaru, Februari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar