Dalam kehidupan di dunia, banyak masalah dan kesulitan yang
akan dihadapi. Kesulitan tiap orang itu tentu saja tidak sama. Untuk menghadapi
kesulitan hidup, kita perlu berusaha sungguh-sungguh. Salah satu upaya yang
dapat menghindarkan kita dari masalah atau kesulitan adalah dengan berbakti
kepada orang tua, terutama ibu.
Banyak kisah nyata tentang kemudahan dan keberhasilan
seseorang yang ada hubungannya dengan berbakti kepada orang tua. Di Dalam buku
“Kisah-Kisah Teladan Bakti Anak Kepada Ibu Bapak”, Ibrahim Bin Abdullah Musa
Al-Hazimi menceritakan sebuah kisah yang bersumber dari hadits.
Dari Ibnu Umar r.a, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam beliau bercerita:
Pada zaman dulu ada tiga orang yang kehujanan dalam suatu
perjalanan. Mereka pun berteduh didalam goa. Tiba-tiba mulut goa tempat mereka
berteduh tertutup batu besar yang jatuh dari atas bukit, sehingga mereka tidak
bisa keluar.
Melihat kejadian seperti itu, salah seorang dari mereka
berkata:” Utarakan amal-amal baik yang pernah kita lakukan kepada Allah, lalu
dengan menyebut amalan-amalan kita minta kepada Allah untuk menghilangkan kesulitan
kita.” Mereka sepakat dengan usulan tersebut.
Lalu, salah seorang dari mereka berkata:” Wahai Allah, saya
dulu mempunyai orang tua yang sudah tua, disamping itu saya juga mempunyai
beberapa anak kecil yang harus saya rawat. Bila saya telah selesai mengusahakan
susu untuk anak-anak saya, saya terlebih dulu memberi minum kedua orang tua
saya sebelum memberi mereka minum. Pernah suatu ketika saya terhalang pohon
ditengah perjalanan, sehingga saya baru bisa datang kepada orang tua saya
tatkala mereka sudah tidur. Saya tidak berani membangunkan mereka, sementara
saya tidak ingin memberikan susu kepada anak-anak saya sebelum memberikan kedua
orang tua saya. Malam itu saya berdiri didekat keduanya, sementara anak saya
merengek-rengek didekat kaki saya minta
susu hingga pagi hari. Wahai Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang saya lakukan
itu ikhlas semata-mata mengharapkan wajah-Mu, maka bebaskanlah kami dari
kesulitan dengan batu yang menutup goa itu, sehingga kami bisa keluar melihat
langit”.
Dengan doa orang tersebut, Allah meringankan sedikit
kesulitan mereka dengan bergesernya batu itu sedikit sehingga mereka bisa
sedikit melihat langit, tetapi belum bisa keluar.
Orang kedua berkata:” Wahai Allah, saya mempunyai saudara
sepupu. Saya sangat mencintainya sebagaimana layaknya seorang suami mencintai
istrinya. Suatu ketika saya meminta kepadanya untuk menyerahkan tubuhnya kepada
saya, namun dia tidak mau. Dia baru mau kalau saya memberi uang kepadanya
seratus dinar. Saya pun berusaha mengumpulkan uang sebanyak seratus dinar.
Setelah uang tersebut terkumpul, saya berikan kepadanya. Tatkala saya sudah
hendak menikmati tubuhnya, tiba-tiba dia berkata,’ Wahai Abdullah, bertakwalah
kepada Allah ! Jangan kamu buka cincin
yang bukan menjadi hak mu’. Mendengar dia berkata begitu, saya pun
mengurungkan perbuatan saya. Wahai Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang saya
lakukan itu ikhlas semata-mata
mengharapkan wajah-Mu, maka bebaskanlah kami dari kesulitan dengan batu yang
menutup goa itu”.
Tak lama kemudian, Allah mengurangkan sedikit beban mereka
dengan bergesernya batu itu sedikit, tetapi mereka masih belum bisa keluar.
Orang ketiga berkata:” Wahai Allah, saya pernah mempunyai
pekerja yang bertugas memecah padi. Seperti biasanya, setelah selesai melakukan
tugasnya dia datang kepadaku dan berkata,’ Berikan upah yang menjadi hak saya’.
Ketika saya hendak memberikan upah tersebut kepadanya, dia enggan mengambil
haknya itu. Akhirnya, upah yang menjadi haknya itu saya putar untuk berusaha.
Lama-kelamaan uangnya itu bertambah banyak hingga bisa saya belikan sapi betina
dan penggembalanya sekalian. Suatu ketika orang yang punya hak itu datang
menagih. Dia berkata,’ Kamu jangan zhalim. Berikan upah saya dulu itu’. Saya
menjawab,’ Lihatlah sapi betina dan penggembalanya itu, lalu ambillah
semuanya’. Dia menyahut,’ Takutlah kepada Allah! Kamu jangan menghina!’ Saya
menjawab,’ Saya tidak menghinamu. Betul, silahkan ambil sapi tersebut beserta
penggembalanya!’ Akhirnya orang tersebut mau mengambilnya, setelah itu pergi.
Wahai Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang saya lakukan itu ikhlas
semata-mata mengharapkan wajah-Mu, maka bebaskanlah kami dari kesulitan dengan
sisa batu yang menutup goa itu”.
Akhirnya, Allah membebaskan kesulitan mereka dan mereka pun
bisa keluar. (HR. Bukhari dan Muslim)
(Sumber: Kisah-kisah Teladan Bakti Anak Kepada Ibu
Bapak, Ibrahim Bin Abdullah Musa Al-Hazimi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar