Rabu, 25 Februari 2015

Berbakti Kepada Orang Tua Menjadi Sebab Terbebas Dari Bahaya



Dalam kehidupan di dunia, banyak masalah dan kesulitan yang akan dihadapi. Kesulitan tiap orang itu tentu saja tidak sama. Untuk menghadapi kesulitan hidup, kita perlu berusaha sungguh-sungguh. Salah satu upaya yang dapat menghindarkan kita dari masalah atau kesulitan adalah dengan berbakti kepada orang tua, terutama ibu.

Banyak kisah nyata tentang kemudahan dan keberhasilan seseorang yang ada hubungannya dengan berbakti kepada orang tua. Di Dalam buku “Kisah-Kisah Teladan Bakti Anak Kepada Ibu Bapak”, Ibrahim Bin Abdullah Musa Al-Hazimi menceritakan sebuah kisah yang bersumber dari hadits.


Dari Ibnu Umar r.a, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bercerita:
Pada zaman dulu ada tiga orang yang kehujanan dalam suatu perjalanan. Mereka pun berteduh didalam goa. Tiba-tiba mulut goa tempat mereka berteduh tertutup batu besar yang jatuh dari atas bukit, sehingga mereka tidak bisa keluar.

Melihat kejadian seperti itu, salah seorang dari mereka berkata:” Utarakan amal-amal baik yang pernah kita lakukan kepada Allah, lalu dengan menyebut amalan-amalan kita minta kepada Allah untuk menghilangkan kesulitan kita.” Mereka sepakat dengan usulan tersebut.

Lalu, salah seorang dari mereka berkata:” Wahai Allah, saya dulu mempunyai orang tua yang sudah tua, disamping itu saya juga mempunyai beberapa anak kecil yang harus saya rawat. Bila saya telah selesai mengusahakan susu untuk anak-anak saya, saya terlebih dulu memberi minum kedua orang tua saya sebelum memberi mereka minum. Pernah suatu ketika saya terhalang pohon ditengah perjalanan, sehingga saya baru bisa datang kepada orang tua saya tatkala mereka sudah tidur. Saya tidak berani membangunkan mereka, sementara saya tidak ingin memberikan susu kepada anak-anak saya sebelum memberikan kedua orang tua saya. Malam itu saya berdiri didekat keduanya, sementara anak saya merengek-rengek  didekat kaki saya minta susu hingga pagi hari. Wahai Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang saya lakukan itu ikhlas semata-mata mengharapkan wajah-Mu, maka bebaskanlah kami dari kesulitan dengan batu yang menutup goa itu, sehingga kami bisa keluar melihat langit”.

Dengan doa orang tersebut, Allah meringankan sedikit kesulitan mereka dengan bergesernya batu itu sedikit sehingga mereka bisa sedikit melihat langit, tetapi belum bisa keluar.

Orang kedua berkata:” Wahai Allah, saya mempunyai saudara sepupu. Saya sangat mencintainya sebagaimana layaknya seorang suami mencintai istrinya. Suatu ketika saya meminta kepadanya untuk menyerahkan tubuhnya kepada saya, namun dia tidak mau. Dia baru mau kalau saya memberi uang kepadanya seratus dinar. Saya pun berusaha mengumpulkan uang sebanyak seratus dinar. Setelah uang tersebut terkumpul, saya berikan kepadanya. Tatkala saya sudah hendak menikmati tubuhnya, tiba-tiba dia berkata,’ Wahai Abdullah, bertakwalah kepada Allah ! Jangan kamu buka cincin  yang bukan menjadi hak mu’. Mendengar dia berkata begitu, saya pun mengurungkan perbuatan saya. Wahai Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang saya lakukan  itu ikhlas semata-mata mengharapkan wajah-Mu, maka bebaskanlah kami dari kesulitan dengan batu yang menutup goa itu”.

Tak lama kemudian, Allah mengurangkan sedikit beban mereka dengan bergesernya batu itu sedikit, tetapi mereka masih belum bisa keluar.

Orang ketiga berkata:” Wahai Allah, saya pernah mempunyai pekerja yang bertugas memecah padi. Seperti biasanya, setelah selesai melakukan tugasnya dia datang kepadaku dan berkata,’ Berikan upah yang menjadi hak saya’. Ketika saya hendak memberikan upah tersebut kepadanya, dia enggan mengambil haknya itu. Akhirnya, upah yang menjadi haknya itu saya putar untuk berusaha. Lama-kelamaan uangnya itu bertambah banyak hingga bisa saya belikan sapi betina dan penggembalanya sekalian. Suatu ketika orang yang punya hak itu datang menagih. Dia berkata,’ Kamu jangan zhalim. Berikan upah saya dulu itu’. Saya menjawab,’ Lihatlah sapi betina dan penggembalanya itu, lalu ambillah semuanya’. Dia menyahut,’ Takutlah kepada Allah! Kamu jangan menghina!’ Saya menjawab,’ Saya tidak menghinamu. Betul, silahkan ambil sapi tersebut beserta penggembalanya!’ Akhirnya orang tersebut mau mengambilnya, setelah itu pergi. Wahai Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang saya lakukan itu ikhlas semata-mata mengharapkan wajah-Mu, maka bebaskanlah kami dari kesulitan dengan sisa batu yang menutup goa itu”.
Akhirnya, Allah membebaskan kesulitan mereka dan mereka pun bisa keluar. (HR. Bukhari dan Muslim)

(Sumber: Kisah-kisah Teladan Bakti Anak Kepada Ibu Bapak, Ibrahim Bin Abdullah Musa Al-Hazimi)

Tidak ada komentar: