Banyak kisah tentang luar biasanya pengaruh perilaku seorang
tokoh agama. Dengan perilaku yang terjaga, orang-orang yang berhubungan dengan
tokoh agama tersebut akhirnya menemukan kebenaran. Oleh sebab itu, sudah
selayaknya kita senantiasa berusaha menjaga perilaku sesuai dengan tuntunan
agama. Apalagi ketika sudah dianggap sebagai pemuka agama.
Salah satu kisah keteladanan diperlihatkan oleh Abu Hanifah.
Kisah ini di ceritakan dalam buku” Shalat Penuh Makna, Abadul Karim Muhammad
Nashr”.
Diriwayatkan bahwa Abu Hanifah punya piutang di tangan
seseorang yang beragama majusi. Abu Hanifah pergi kerumahnya untuk menagihnya.
Ketika sampai di depan pintu rumah orang majusi itu, sandal Abu Hanifah terkena
kotoran. Abu Hanifah melepas sandalnya, dan bersamaan dengan itu, kotoran yang
semula melekat di sandalnya terbang dan menempel di dinding rumah orang majusi
itu.
Abu Hanifah kebingungan seraya bergumam:” Jika aku membiarkan
kotoran itu, niscaya itu membuat buruk dinding rumah orang majusi ini. Namun,
jika aku mengeriknya, sebagian tanah yang menutupi dinding ini pasti akan
terkelupas”. Maka, Abu Hanifah mengetuk pintu rumah itu dan keluarlah budak
perempuan milik orang majusi itu. Kepadanya Abu Hanifah berkata:” Katakan kepada
tuanmu, Abu Hanifah menunggu di depan pintu”. Orang majusi itupun keluar. Dia
mengira Abu Hanifah datang untuk menagih hutang. Dia pun mencari-cari alasan.
Maka, Abu Hanifah berkata:” Kesinilah! Ada sesuatu yang lebih
penting.” Lantas Abu Hanifah bercerita perihal dinding rumah orang majusi itu.
Abu Hanifah menanyakan cara yang terbaik untuk membersihkan dinding itu
kepadanya. Orang majusi itu menjawab:” Saya akan memulai dengan membersihkan
diri dulu.” Orang majusi itu masuk Islam, seketika.
Pelajaran dari kisah ini, lantaran Bu Hanifah menjaga diri
dari menzhalimi orang majusi dengan kezhaliman yang kecil, orang majusi itu pun
berpindah dari kekafiran kepada iman. ( Shalat Penuh Makna, Abdul Karim
Muhammad Nashr)
Pekanbaru, Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar