Tentu tidak nyaman jika ada yang menilai kita bodoh. Namun,
mungkin saja kita memang termasuk kelompok orang-orang bodoh. Atau, paling
tidak kita pernah melakukan kebodohan.
Abdul Karim Muhammad Nashr dalam buku “ Shalat Penuh Makna”,
mengemukakan bahwa orang yang bodoh tertipu dengan penampakan luar, sedangkan
orang berakal adalah orang yang selalu memperhatikan hal-hal yang tidak tampak.
Nah, Untuk menghindarkan diri dari kelompok orang-orang
“bodoh”, ada baiknya kita cerna penjelasan dari Abdul Karim Muhammad Nashr
tersebut.
Sesungguhnya karunia Allah itu menyeluruh, kebaikan-Nya
meliputi dan rahmat-Nya luas, meskipun tampak
berupa hukuman , rasa sakit dan siksaan. Sejatinya semua itu adalah
rahmat. Yang demikian itu karena semua yang terjadi itu dapat diklasifikasikan
menjadi dua:
Pertama, sesuatu yang dianggap rahmat, padahal itu bukan rahmat. Sebaliknya,
sejatinya ia adalah siksa dan hukuman. Ini seperti orang tua yang membiarkan
anaknya melakukan apapun yang dikehendakinya, tidak mendidiknya, dan tidak
menyuruhnya untuk belajar. Tampaknya, ini adalah rahmat; padahal sejatinya
azab.
Kedua, sesuatu yang dianggap adzab dan
hukuman, padahal sejatinya adalah karunia dan anugerah. Ini seperti orang tua
yang memaksa anaknya untuk pergi ke sekolah dan belajar. Tampaknya, ini adalah
hukuman; padahal sejatinya rahmat.
Oleh sebab itulah, orang yang bodoh tertipu dengan penampakan
luar, sedangkan orang berakal adalah orang yang selalu memperhatikan hal-hal
yang tidak tampak. Jika anda mengerti hal ini dengan sebenarnya, niscaya anda
tahu bahwa semua ujian, cobaan, kepedihan dan kesulitan meskipun tampak sebagai
adzab dan menyakitkan, sejatinya adalah hikmah dan rahmat. Beban-beban itu
tujuannya adalah untuk membersihkan jiwa dari berbagai ikatan jasmani.
Allah berfirman:
Jika kamu berbuat baik, sebenarnya kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri; jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri. (Al-Isra’: 7)
Kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dan Khidir ‘alaihissalam yang
dimuat didalam Al-Qur’anul Karim menerangkan masalah ini dengan gamblang. Nabi
Khidir tidak tertipu dengan penampakan luar. Dia melandasi urusannya dengan
hakikat, bukan yang tampak lahir. Maka, jika anda melihat sesuatu peristiwa
yang tidak anda sukai secara lahir dan akal andapun tidak menyetujuinya,
ketahuilah bahwa dibalik itu ada banyak rahasia yang tersembunyi dan hikmah
yang dalam. Ketahuilah bahwa hikmah dan rahmat Allah menuntut hal itu. (Shalat
Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr)
Pekanbaru, Nopember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar