Rabu, 24 Desember 2014

Cara Memahami Sesuatu Itu Rahmat Atau Azab



Tentu tidak nyaman jika ada yang menilai kita bodoh. Namun, mungkin saja kita memang termasuk kelompok orang-orang bodoh. Atau, paling tidak kita pernah melakukan kebodohan. 

Abdul Karim Muhammad Nashr dalam buku “ Shalat Penuh Makna”, mengemukakan bahwa orang yang bodoh tertipu dengan penampakan luar, sedangkan orang berakal adalah orang yang selalu memperhatikan hal-hal yang tidak tampak. 

Nah, Untuk menghindarkan diri dari kelompok orang-orang “bodoh”, ada baiknya kita cerna penjelasan dari Abdul Karim Muhammad Nashr tersebut.

Sesungguhnya karunia Allah itu menyeluruh, kebaikan-Nya meliputi dan rahmat-Nya luas, meskipun tampak  berupa hukuman , rasa sakit dan siksaan. Sejatinya semua itu adalah rahmat. Yang demikian itu karena semua yang terjadi itu dapat diklasifikasikan menjadi dua:

Pertama, sesuatu yang dianggap rahmat, padahal itu bukan rahmat. Sebaliknya, sejatinya ia adalah siksa dan hukuman. Ini seperti orang tua yang membiarkan anaknya melakukan apapun yang dikehendakinya, tidak mendidiknya, dan tidak menyuruhnya untuk belajar. Tampaknya, ini adalah rahmat; padahal sejatinya azab.

Kedua, sesuatu yang dianggap adzab  dan hukuman, padahal sejatinya adalah karunia dan anugerah. Ini seperti orang tua yang memaksa anaknya untuk pergi ke sekolah dan belajar. Tampaknya, ini adalah hukuman; padahal sejatinya rahmat.

Oleh sebab itulah, orang yang bodoh tertipu dengan penampakan luar, sedangkan orang berakal adalah orang yang selalu memperhatikan hal-hal yang tidak tampak. Jika anda mengerti hal ini dengan sebenarnya, niscaya anda tahu bahwa semua ujian, cobaan, kepedihan dan kesulitan meskipun tampak sebagai adzab dan menyakitkan, sejatinya adalah hikmah dan rahmat. Beban-beban itu tujuannya adalah untuk membersihkan jiwa dari berbagai  ikatan jasmani.

Allah berfirman:
Jika kamu berbuat baik, sebenarnya kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri; jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (Al-Isra’: 7)
Kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dan Khidir ‘alaihissalam yang dimuat didalam Al-Qur’anul Karim menerangkan masalah ini dengan gamblang. Nabi Khidir tidak tertipu dengan penampakan luar. Dia melandasi urusannya dengan hakikat, bukan yang tampak lahir. Maka, jika anda melihat sesuatu peristiwa yang tidak anda sukai secara lahir dan akal andapun tidak menyetujuinya, ketahuilah bahwa dibalik itu ada banyak rahasia yang tersembunyi dan hikmah yang dalam. Ketahuilah bahwa hikmah dan rahmat Allah menuntut hal itu. (Shalat Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr)

Pekanbaru, Nopember 2014.

Tidak ada komentar: