Rabu, 01 Oktober 2014

Mementingkan Shalat Daripada Jual Beli



Suatu hari, saya bermaksud melaksanakan shalat di sebuah masjid di kawasan Aziziah Simaliah, Mekah. Saya lupa apakah shalat zuhur atau ashar. Ketika melewati pertokoan, semua terlihat tutup. Suasana lengang. Dalam pikiran saya, mungkin hari ini libur. Masjid yang saya kunjungi itu terletak ditengah tempat perbelanjaan. 

Ketika keluar masjid setelah selesai shalat, saya melihat semua toko buka. Barulah saya ingat, bahwa semua aktivitas jual beli akan berhenti ketika azan dikumandangkan dan penjual maupun pembeli akan berbondong-bondong menuju masjid untuk shalat berjamaah. Pemandangan ini akan ditemukan di Mekah, Madinah dan Mina.


Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan di tanah air. Walaupun disini penduduknya mayoritas beragama Islam, tidak terlihat perubahan signifikan ketika azan berkumandang. Pusat perbelanjaan dan tempat jual beli lainnya terus saja beraktivitas. Begitu juga ditempat-tempat lainnya. Apakah ini pertanda bahwa keyakinan akan pentingnya ibadah shalat telah atau mulai tergerus oleh banyaknya kepentingan duniawi?

Tempat-tempat shalat berjamaah di pusat perbelanjaan yang pernah saya kunjungi, memang selalu penuh oleh jamaah pada waktu shalat. Artinya, dari sekian banyak pengunjung atau penjual, ada juga yang berusaha menegakkan shalat berjamaah pada awal waktu.  Lazimnya, tempat shalat berjamaah tersebut merupakan sebuah mushalla. Sudah menjadi pemahaman umum di negeri ini, bahwa mushalla itu merupakan bangunan lebih kecil dari masjid. Oleh sebab itu, walaupun diruangan itu hanya dapat dilakukan shalat berjamaah sekitar 20 orang atau kurang, tetap saja dinamakan mushalla. Ada juga masjid dilingkungan pusat perbelanjaan, walaupun tidak banyak jumlahnya. 

Shalat wajib lima waktu sehari semalam, merupakan ibadah penting bagi umat Islam. Oleh sebab itu, ibadah ini seyogianya menjadi prioritas utama dalam aktivitas keseharian seorang Muslim. Bukankah shalat itu adalah tiang agama? Menyesuaikan aktivitas keseharian dengan jadwal shalat, adalah pola pikir orang yang bijak.
(Pekanbaru, September 2014)

Tidak ada komentar: