Selasa, 22 April 2014

Mensikapi Kematian Tulang Punggung Keluarga


Didalam sebuah keluarga, kehadiran seorang suami memang memiliki pengaruh signifikan. Sebab, tanggung-jawab suami dalam menafkahi keluarga sangat besar. Kebutuhan keluarga itu sangat banyak, bahkan dapat dikatakan tidak ada batasnya. Mulai dari urusan makan dan minum, pakaian, pendidikan, tempat tinggal, kendaraan, perlengkapan rumah tangga serta masih banyak lain.

Walaupun kebutuhan keluarga itu sangat banyak, kewajiban seorang suami tentu saja terbatas. Terbatas sesuai dengan kemampuan dan usahanya. Lebih dari itu semua, sesuai dengan kadar rizki yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.


Meyakini bahwa rizki itu mutlak datangnya dari Yang Maha Kuasa, akan memberi ketenangan didalam kehidupan rumah tangga. Tidak akan ada tuntutan yang berlebihan. Juga tidak akan ada penggunaan yang sia-sia. Semuanya dilandasi rasa syukur yang mendalam.

Kehadiran suami sebagai pencari nafkah, hanya merupakan salah satu jalan bagi Yang Maha Kuasa untuk mendatangkan rizki. Masih banyak pintu-pintu lainnya. Dan, rizki tidak dapat diukur hanya berdasarkan materi semata. Banyak rizki dalam bentuk lain. Kesehatan misalnya. Dengan sehatnya semua anggota keluarga, maka tidak perlu dana pengobatan. 

Tidak jarang kita melihat. Ketika sebuah keluarga ditimpa musibah berupa kematian si suami, akan terjadi guncangan. Bahkan keluarga itu seakan menghadapi masa-masa suram. Pemikiran seperti ini tidak terlalu salah. Namun, perlu disikapi dengan lebih bijak. Tidak perlu terlalu khawatir. 

Ada sebuah kisah yang patut dijadikan referensi. Kisah ini saya kutip dari buku “Syukur Pengndang Nikmat”. Dikisahkan, ketika ada seorang istri ditinggal wafat oleh suaminya, serta merta para tetangga merasa iba dan kasihan melihat keadaan tersebut serta menghawatirkan keadaan perekonomian. Namun, dengan mantap dan mengesankan muslimah itu berucap kepada para tetangganya:” Ibu-ibu sekalian, janganlah mengkhawatirkan keadaan kami, karena sesungguhnya suami saya adalah hanya salah satu diantara jalan rizki yang dibagikan Alloh untuk kami dan sama juga memakan rizki dari Allah, persis seperti saya dan anak-anak. Sesungguhnya Alloh lah yang membiayai dan memberi makan kepada kami dan Dia tidak pernah mati serta tidak pernah jauh dari hamba-Nya. Dia lah yang menciptakan kami dan Dia lah yang mematikan suami saya, Dia pula lah yang sangat mengetahui keadaan serta kebutuhan kami. Dia pasti sangat bertanggung-jawab dengan apapun yang ditakdirkan-Nya”. (Syukur Pengundang Nikmat, K.H. Abdullah Gymnastiar)
Pekanbaru, Maret 2014

Tidak ada komentar: