Selasa, 08 April 2014

Mengajari Anak Agar Gemar Memberi (Pengalaman Ketika Haji)


Ketika berkunjung ke sebuah kota, saya membaca spanduk yang berisi larangan memberi kepada pengemis. Bahkan, ada sanksi terhadap perbuatan tersebut. Menurut saya, pengemis sudah menjadi masalah bagi kota tersebut sehingga harus dibuatkan peraturan daerah  untuk mengatasinya. 

Di kota lain, melalui mediamassa saya mendapat informasi adanya razia terhadap pengemis dan gelandangan. Hal ini dilakukan berulang kali. Berarti, pengemis dan gelandangan, juga menjadi masalah. 

Mencermati fenomena ini, saya teringat akan sebuah pengalaman. Ketika itu hari Jum’at dimusim Haji. Saya berada di sebuah masjid dikawasan Aziziah- Simaliyah Makkah. Didalam masjid saya melihat seorang orang tua (kakek?)sedang membuka ikatan sejumlah tasbih kecil. Setelah terbuka ikatannya, tasbih-tasbih tersebut diberikan kepada seorang anak laki-laki ( cucu ?). Dengan isyarat tangan, si kakek menyuruh cucunya membagi-bagikan tasbih kepada para jemaah.


Dengan wajah sumringah, si cucu berjalan didepan para jemaah sambil membagi-bagikan tasbih. Setelah habis satu ikat, kembali si kakek membuka satu ikat lagi. Si cucu pun membagi-bagikannya. Pemandangan yang cukup mengesankan dan indah. Mempunyai nilai pendidikan. Kesadaran dan kebiasaan untuk memberi sudah ditanamkan sejak dini.

Keperdulian orang tua untuk menanamkan kesadaran dan kebiasaan “memberi” kepada anak-anaknya sejak dini, tentu akan melahirkan generasi dermawan. Generasi yang memiliki pola pikir memberi. Sebuah pola pikir yang akan mengurangi jumlah pengemis suatu waktu nanti.
Pekanbaru, April 2014

Tidak ada komentar: