Kamis, 13 Maret 2014

Berdomisili Diwilayah Tak layak Huni


Tanggal 12 Maret 2014, dilaksanakan shalat meminta hujan disalah satu halaman masjid di kota ini. Pada siangnya, salah satu media televisi menyiarkan berita bahwa, kondisi udara wilayah ini sudah mencapai level ”Berbahaya”. Diinformasikan, dengan kondisi udara pada level berbahaya, maka wilayah ini sudah tidak layak huni. Lalu???

Ketika keluar rumah menuju masjid, saya menggunakan masker dan kaca mata walaupun jarak rumah dan masjid tidak jauh. Diperjalanan, saya melihat beberapa orang dengan tenangnya beraktivitas diluar rumah tanpa masker. Bahkan, ada yang merokok. Ada apa ini???


Kabut asab sudah melanda sekitar satu bulan. Sebenarnya hal ini terjadi hampir setiap tahun ketika musim kemarau. Asap terjadi akibat adanya kebakaran lahan. Terbakar atau dibakar. Kali ini, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Semakin hari semakin tebal. Biasanya, kabut asab akan berkurang dan hilang dengan turunnya hujan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat hujan buatan. Usaha ini sepertinya untuk kali ini tidak membawa hasil. Hujan tak juga turun.

Mungkin sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, maka tidak sedikit warga yang tetap beraktivitas di alam terbuka tanpa menggunakan masker. Boleh jadi, mereka menganggap biasa-biasa saja. Padahal, kondisinya sudah membahayakan. 

Ada pilihan untuk mengungsi ke tempat lain. Tawaran juga ada. Namun, ada rasa tak sampai hati meninggalkan keluarga, saudara dan kerabat. Tetap bertahan diwilayah yang tak layak huni ini akhirnya menjadi pilihan. Entah sampai kapan. Hujan belum juga turun.
Pekanbaru, Maret 2014

Tidak ada komentar: