Suatu petang menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, saya
menyempatkan diri membeli cendol untuk perbukaan. Waktu itu saya berdomisili di
kota Tanjungpinang. Cukup banyak pembeli lainnya. Situasi ini berlangsung hampir
setiap petang. “Puasa sudah mau habis ya
pak”, kata sipenjual sambil membungkus cendol yang saya pesan. “Iya, kenapa? Saya
bertanya sekedar menyambung pembicaraan. “Sepi lagi nanti”, katanya.
Pembicaraan dengan si penjual cendol itu lama singgah di
pikiran saya. Dia non muslim. Namun, dia ikut menikmati bulan Ramadhan. Ada kesan, dia merasa kehilangan dengan
berakhirnya Ramadhan. Dagangannya mengalami kemajuan selama Ramadhan dan akan
berkurang seiring dengan berakhirnya Ramadhan. Ramadhan memiliki arti
tersendiri bagi si penjual cendol yang non muslim itu.
Lalu, bagaimana dengan kita? Berapa banyak yang merasa kehilangan
kesempatan dengan berakhirnya bulan Ramadhan? Seberapa besarkah rasa kehilangan
itu? Ada diantara kita, semakin mendekati ujung Ramadhan, semakin berkurang
kesibukan beribadahnya. Kesibukan beralih mempersiapkan berbagai hal yang
berhubungan dengan Hari Raya Idul Fitri. Mungkinkah ada didalam hati kita
perasaan akan kehilangan atau justeru ingin segera Ramadhan berakhir?
Ramadhan memang akan datang setiap tahun. Tetapi, tidak ada
kepastian, bahwa kita akan menemuinya lagi. Oleh sebab itu, mengisi Ramadhan
sekarang ini dengan sungguh-sungguh dan maksimal adalah pilihan bijak.
Bersungguh-sunggguh dan maksimal dalam beribadah tentunya. Kesungguhan itu seyogyanya
akan semakin terlihat di hari-hari menjelang berakhirnya Ramadhan.
Si penjual cendol memiliki rasa kehilangan akan berkahirnya
Ramadhan. Sepatutnya pula, kita juga merasa kehilangan kesempatan besar.
Bedanya, si penjual cendol kehilangan kesempatan bernuansa duniawi. Sedangkan
kita bernuansa akhirat. Tentu saja, keuntungan akhirat jauh lebih berharga
daripada keuntungan duniawi.
Boleh jadi, disaat-saat kita bergembira merayakan Idul Fitri, berkumpul dan
bersilaturrahmi dengan saudara dan keluarga, si penjual cendol menyimpan
kerinduan akan datangnya Ramadhan tahun depan. Dagangan yang laris selama bulan
Ramadhan mungkin akan menjadi kenangan manis baginya. Akan menjadi topik
pembicaan bersama keluarga. Sementara sebagian dari kita sudah melupakan
nilai-nilai tertentu puasa Ramadhan.
Pekanbaru, Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar