Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, beberapa orang
remaja berlari disepanjang pendakian Jl. Hang Tuah Pekanbaru. Lokasinya antara
Sungai Sail dan Asrama PHB (dekat Pasar Sail). Mereka menawarkan jasa mendorong
sepeda kepada para penjual sayuran yang melalui jalan tersebut.
Waktu itu, wilayah Kulim dibagian timur Kota Pekanbaru
merupakan sentra produksi sayur-sayuran. Para petani menggunakan sepeda untuk
membawa sayuran ke Pasar Pusat. Sayuran itu berupa singkong, daun singkong,
kacang panjang dan lain-lain. Para petani ini memaksimalkan sepedanya untuk
membawa sayuran.
Tanjakan di Jl. Hang Tuah itu cukup tinggi. Umumnya para
petani tersebut tidak kuat mendorong sepeda berisi sayuran sendirian. Para
remaja yang menawarkan jasa mendorong sepeda tersebut, tentu saja sangat
dibutuhkan. Ada petani yang langsung menyerahkan sepeda bermuatan sayuran itu
kepada para remaja-remaja itu. Maka dua orang remaja akan mengambil alih tugas
membawa sepeda sampai ke ujung tanjakan. Si petani berjalan dibelakangnya. Ada
juga petani yang tetap memegang stang sepeda dan seorang remaja mendorong.
Sepertinya sudah ada kesepakatan harga upah mendorong, karena tidak terjadi
tawar menawar. Remaja yang sudah menyelesaikan tugasnya, akan segera berlari
menuruni tanjakan menunggu sepeda berikutnya. Pemandangan ini berlangsung
menjelang mata hari terbit.
Suasana di Jl. Hang Tuah tersebut, terjadi sekitar tahun l980
an. Sekarang tidak ada lagi. Sepeda sudah berganti dengan motor dan mobil.
Tidak ada lagi remaja berlarian di sepanjang tanjakan. Bahkan olah raga jalan kaki pagi hari di Jl. Hang Tuah sudah kurang
nyaman akibat ramainya lalu lintas kendaraan. Ternyata, perubahan beda-beda
tipis dengan kehilangan. Semakin banyak perubahan, makin banyak pula kita
kehilangan. Entahlah...
(Pekanbaru, Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar