Beberapa orang laki-laki sibuk mengupas kelapa dan langsung
membelahnya. Sebagian yang lain dibantu oleh ibu-ibu sibuk memarut kelapa.
Parutan kelapanya masih manual (tradisional). Ada pula yang menyiapkan tungku dari
batu bata dan diatasnya diletakkan kuali besar yang sudah dibersihkan. Bahan
bakarnya kayu kering.
Kelapa yang sudah diparut, diperas santannya. Santan kental,
tepung ketan, gula merah dimasukkan kedalam kuali menurut urutan tertentu. Ditambah
bumbu lainnya. Semuanya diatur oleh nenek yang kami panggil Uwak. Uwak
merupakan komandan dalam gotong royong membuat gelamai (dodol) menyambut hari
raya. Tugas yang paling berat adalah mengacau (mengaduk adonan) santan, gula
merah dan tepung ketan dikuali besar. Awalnya ringan-ringan saja. Makin lama
makin berat. Sebab, adonan makin mengental. Tugas ini dilakukan oleh dua orang
secara bergantian.
Walaupun dalam kondisi berpuasa, pekerjaan ini tetap dapat
dilaksanakan dengan baik. Pekerjaan dimulai pagi-pagi dan berakhir sore hari.
Seharian berada didekat tungku memang bukan pekerjaan ringan. Tetapi, keinginan
besar untuk dapat menikmati lezatnya gelamai, membuat semua bersemangat.
Diiringi canda dan gelak-tawa, para lelaki bergantian mengacau gelamai dikuali.
Sesekali nenek mengecek adonan dengan menempelkan daun pisang. Biasanya, nenek
akan mengatakan :” Sebentar lagi”. Kami sudah hapal benar. Sebentar lagi
menurut nenek itu, bisa satu jam atau lebih. Jika, adonan tidak lengket didaun
pisang, pertanda sebentar lagi pekerjaan selesai. Itulah saat yang kami
tunggu-tunggu.
Kesibukan seperti itu berlangsung hampir setiap tahun. Setiap
menjelang hari raya idul fitri ditahun 1960 an, nenek selalu mensponsori dan
mengomandoi pembuatan gelamai. Disamping untuk menikmati gelamai buatan
sendiri, ada nilai lain yang kami rasakan. Sebagian besar anggota keluarga
berkumpul. Waktu itu, anak-anak nenek tinggal berdekatan. Ada juga tetangga
yang ikut bekerja atau sekedar meramaikan suasana.
Kini semua tinggal cerita. Nenek sudah meninggalkan kami buat
selama-lamanya. Anak dan cucunya juga sudah tidak lagi tinggal disatu kota.
Masing-masing sudah memiliki dunianya sendiri. Tidak ada lagi yang mensponsori
sebuah kebersamaan. Setiap kali Ramadhan datang, kami selalu teringat nenek.
Teringat kebersamaan membuat gelamai. Selamat beristirakat nenek. Semoga nenek senantiasa mendapatkan tempat
yang baik disisi-Nya...amin.
(Pekanbaru, Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar