Rabu, 15 Mei 2013

Beraktivitas Dan Minum Secangkir Kopi


Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 km dengan menggunakan sepeda motor, saya berhenti di Danau Bengkuang. Danau Bengkuang adalah nama sebuah desa di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Saya langsung memesan secangkir kopi hitam, sedangkan isteri saya memesan kopi susu. Kami memilih warung yang lokasi nya memungkinkan kami melihat lalu-lintas kendaraan. Dikiri dan kanan jalan Danau Bengkuang ini terdapat beberapa warung penjual lepat bugis. 

Minum kopi sambil melihat-lihat lalu lintas kendaraan, merupakan aktivitas yang memberi kenyamanan bagi kami. Sebuah rekreasi dengan biaya relatif murah dan mudah melakukannya. Sudah beberapa kali kami mengunjungi desa Danau Bengkuang hanya untuk minum kopi dan makan lepat bugis. Kami sangat menikmati rekreasi tersebut. 

Minum kopi merupakan kesukaan banyak orang, termasuk saya. Pemilihan tempat dan suasana minum kopi, tentu berbeda. Ada yang suka minum kopi ramai-ramai sambil ngobrol. Ada yang minum kopi sambil membaca koran. Dan banyak cara lainnya.

Suatu pagi, seorang teman mengajak saya minum kopi ke sebuah kedai kopi ternama di kota ini. Terdorong keinginan untuk mengetahui suasana dan rasa kopi yang “dipromosikan” teman tersebut, saya penuhi ajakannya. Ternyata, didalam kedai kopi cukup ramai. Rasa kopinya lumayan enak, namun saya kurang menikmati suasananya. Bagi saya, suasana ramai sering tidak memberi kenyamanan. Apalagi jika banyak asap rokok.

Bagi saya, kenikmatan  secangkir kopi itu, tidak hanya soal rasa kopinya. Tetapi juga suasana ketika menikmati kopi itu. Bahkan, suasana/lingkungan lebih besar pengaruhnya daripada rasa kopi. Beberapa kesempatan minum kapi yang sudah lama berlalu, dapat saya ingat dengan baik.

Suatu kali, ketika melewati jalan raya Alas Roban di sore hari, saya dan keluarga berhenti sejenak diwarung pinggir jalan untuk sekedar minum kopi. Walaupun kopinya hanya kopi saset, tetapi kondisi lingkungan warung dan ramainya lalu lintas terutama truk, menjadikan minum kopi itu memiliki arti tersendiri. Warung kecil itu sangat sederhana. Tempat duduknya terbuat dari bambu dan berada dibawah pepohonan.

Ketika bertugas di Tanjungpinang, saya beberapa kali menyeberang ke Telaga Punggur hanya untuk minum secangkir kopi. Telaga Punggur merupakan pelabuhan bagi kapal cepat (fery) dan speedboat yang menghubungkan Tanjungpinang dan Batam. Minum secangkir kopi sendirian sambil melihat lalu lalang orang-orang di pelabuhan itu, merupakan kenyamanan tersendiri bagi saya. Padahal, harga tiket feri (kapal cepat) PP itu jika digunakan untuk minum kopi di Tanjungpinang, cukup untuk beberapa hari.

Awal-awal bertugas dikota ini, saya selalu singgah dulu disebuah warung sebelum ke kantor. Di warung itu, pagi-pagi sudah ada koran lokal. Saya minum secangkir kopi sambil membaca koran. Harga secangkir kopi sama dengan harga koran. Jadi, saya tidak perlu berlangganan koran lagi. Menjelang apel pagi, saya sudah menikmati kopi dan juga sudah memperoleh berbagai informasi. Kadang, dapat juga informasi tambahan dari menejemen warung.

Sekitar tiga tahun belakangan ini, saya menemukan formula baru untuk dapat marasakan nikmatnya minum secangkir kopi. Ternyata, kopi terasa semakin nikmat jika diminum sambil menggunakan pikiran. Artinya, disaat kita berfikir dan ditemani secangkir kopi, berfikirnya lebih lancar, kopinya terasa lebih enak.
Setiap pagi, saya berusaha menulis. Walaupun tidak mentargetkan tulisan itu selesai dalam satu hari.  Menulis diselingi dengan minum kopi hangat, memiliki kenikmatan tersendiri. Soal rasa kopinya, saya tidak pilih-pilih, walaupun saya dapat membedakannya. Mau kopi bermerek, kopi impor, kopi khusus dari daerah tertentu, atau kopi beli diwarung dekat rumah, semuanya terasa enak.

Pekanbaru, April 2013

Tidak ada komentar: