Banyak aktivitas perlu dilakukan dalam kehidupan ini.
Namun, alangkah repotnya jika beraktivitas selalu ingin mengikuti kata orang.
Boleh jadi, suatu aktivitas dianggap baik oleh sebagian orang, sedangkan bagi
orang lainnya justeru dianggap tidak pantas dilakukan. Menghadapi kondisi ini,
kita perlu mengambil sikap tegas. Memang, setiap pengambilan sikap, akan ada
konsekwensinya.
Bagi yang suka mendengarkan dan mengikuti kata orang
dalam beraktivitas, kisah berikut ini dapat menjadi panduan. Kisah ini dimuat
dalam “Uswah, Bulletin Dakwah & Informasi Pusdai Jabar). Dalam sebuah
riwayat diceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk kedalam pasar
dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikuti dari belakang. Melihat
tingkah laku Luqman itu, setengah orangpun berkata : “ Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya
dibiarkan berjalan kaki.”
Setelah mendengarkan desas desus dari orang ramai,
maka Luqman pun turun dari himarnya lalu diletakkan anaknya diatas himar itu.
Melihat yang demikian, maka orang dipasar itu berkata pula :” Lihat, orang tuanya berjalan kaki sedang anaknya seenaknya menaiki
himar itu, sungguh kurang adab anak itu.”
Sebaik sahaja mendengar kata-kata itu, Luqman pun
terus naik ke atas belakang himar bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang
ramai pula berkata lagi :” Lihat itu dua
orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksa himar itu.”
Oleh karena tidak suka mendengar percakapan orang,
maka Luqman dan anaknya turun dari himar. Kemudian terdengar lagi suara orang
berkata : “ Dua orang berjalan kaki,
sedangkan himar itu tidak dikendarai”.
Dalam perjalanan mereka pulang kerumah, Luqman Hakim
telah menasehati anaknya tentang sikap manusia dan ucapan mereka, katanya :” Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu
dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil
pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran,
itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu.”
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya
:” Wahai anakku, tuntutlah rezki yang
halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu
melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman)
tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang
kemuliaan hatinya (kepribadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara
itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya”.
(Sumber : Uswah, Bulletin Dakwah &
Informasi Pusdai Jabar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar