Berwisata sudah merupakan kebutuhan bagi banyak keluarga. Termasuk bagi anak-anak. Terkadang, aktivitas wisata
terganggu oleh suasana tidak nyaman. Apalagi jika menggunakan fasilitas umum. Ada
saja hal-hal yang mengurangi bahkan merusak kenyamanan. Ketidak nyamanan dapat
disebabkan oleh kondisi fasilitas yang kurang terawat, dapat pula oleh perilaku
pengguna. Ketidak nyamanan semakin dirasakan ketika menggunakan fasilitas umum
dengan biaya murah.
Dibalik ketidak nyamanan itu, sebenarnya masih terbuka
kesempatan untuk menikmati sebuah pengalaman berharga. Pengalaman itu semakin
berarti jika kita menikmatinya. Menikmati sebuah kesempatan yang jarang ditemukan.
Dengan pola pikir seperti itu lah saya membawa seorang cucu
menaiki KA Ekonomi jurusan Bandung – Padalarang. Ketika itu si cucu bersekolah
(SD) di sebuah kota di Sumatera dan mengisi liburannya di Bandung. Banyak
tempat wisata disekitar Bandung yang sudah dikunjungi. Baik wisata belanja,
kuliner maupun alam. Saya ingin memberikan sebuah pengalaman baru. Pengalaman
ini tidak akan ditemukan di kota tempat tinggalnya.
Cucu saya tidak percaya, bahwa dari Bandung ke Padalarang
tiketnya hanya Rp.1000.- Dari rumah kami jalan kaki saja. Lebih kurang 20 menit
kami sampai distasiun Kiara Condong. Saya beli tiket 2 dan saya perlihat ke
cucu. “Murah ya tok”, komentarnya.
Sekitar pukul 09.00 WIB K. A. Ekonomi dari Cicalengka masuk
ke stasiun Kiara Condong. Kami naik dan beruntung masih dapat tempat duduk.
Tidak lama kemudian KA berangkat. Penumpang lumayan ramai. Banyak yang berdiri.
Dari Kiara Condong ke Padalaramg K.A
menyinggahi stasiun Cikudapateuh, Bandung, Ciroyom, Andir, Cimindi, Cimahi,
Gado Bangkong. Selain Stasiun Bandung dan Cimahi, stasiun lainnya merupakan stasiun kecil yang
hanya disinggahi K.A Ekonomi.
Disetiap stasiun itu, KA berhenti hanya untuk menurunkan dan
menaikkan penumpang. Penumpang yang relatif ramai turun dan naik dari stasiun
Bandung. Disamping ramainya penumpang, K.A Ekonomi ini juga ramai oleh pedagang
asongan dan pengamen. Berbagai macam dagangan dijual dengan harga lumayan
murah. Yang menarik perhatian cucu saya adalah harga salak. Pada awalnya,
ditawarkan dengan harga Rp. 2.000/sepuluh buah. Kemudian turun menjadi 15 buah.
Turun dan turun lagi, akhirnya menjadi Rp. 1.000 /sepuluh buah. Harga makanan
di sini memang dijual dengan harga Rp. 1.000 an. Bahkan buah jeruk dihargai
Rp.500 perbuah.
Jumlah pengamen juga cukup banyak. Ada yang berkelompok, ada
pula perorangan. Mereka berjalan dari gerbong ke gerbong.
Sekitar pukul 10.05 WIB kami tiba distasiun Padalarang. Sebuah perjalanan
singkat . Selama perjalanan, saya perhatikan si cucu cukup menikmati suasana.
Diwajahnya tidak terlihat ketidak nyamanan. Dia juga tidak memperlihatkan
kekesalan. Padahal, kondisi didalam KA cukup padat, berdesakan. Ditambahlah
lagi hilir mudiknya pengamen dan pedagang asongan.
Dari perjalanan tersebut, saya mendapat pengajaran berharga.
Banyak pilihan dalam beraktivitas. Wisata tidak indentik dengan tempat yang
indah dengan biaya relativ mahal. Ternyata, bila kita mau menikmati keadaan apa
adanya, selalu saja ada pengalaman menarik. Nyaman dan tidak nyaman itu
relatif. Tergantung bagaimana cara mensikapinya. Pengalaman di tahun 2008 itu,
hingga kini masih selalu dikenang. Bahkan terkadang menjadi bagian pembicaraan
didalam keluarga.
(Pekanbaru, Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar