Sebagaimana lazimnya, ketika hendak melakukan perjalanan ke
kota lain, kami selalu menanyakan kepada cucu-cucu, mau dibelikan apa. Terasa
lebih nyaman membawa oleh-oleh yang memang dikehendaki.
Waktu itu, cucu kedua yang berumur belum 6 tahun minta
dibelikan game untuk laptop. Jika bepergian agak lama, saya selalu membawa
laptop. Disamping berisi tulisan, didalamnya ada beberapa mainan (game). Cucu
yang satu ini, suka sekali bermain game di laptop itu. Satu mainan yang lagi
digemarinya, belum tersimpan.
Setelah mendapatkan perangkat keras (hardware) game tersebut,
saya minta tolong seorang kerabat untuk memasukkannya ke laptop. Namun, setelah
dicoba beberapa kali, usaha itu gagal. Laptop saya belum dilengkapi dengan
perangkat lunak (software) yang dapat menerima game tersebut. CD yang berisi
mainan tersebut kami bawa pulang untuk membuktikan bahwa pesanan si cucu sudah
dibeli. Kami berusaha selalu menapati janji.
Setelah melakukan perjalanan sebulan penuh, kami pulang. Hal
pertama yang kami jelaskan kepada si cucu adalah soal game pesanannya.
Penjelasan itu tidak pernah memberi kepuasan kepadanya. Setiap kali bermain game,
dia masih saja menanyakan, mengapa di laptop saya tidak bisa dimasukkan game
yang dia inginkan.
Jika dikaitkan dengan motivasi, maka dari kejadian ini, saya
mendapatkan sebuah pengajaran. Bahwa sebuah motivasi, baru dapat masuk dan
menyentuh seseorang jika dirinya benar-benar siap menerima. Jika kita tidak
mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran sebuah motivasi atau pengajaran,
maka sebagus apapun motivasi dan pengajaran itu, tidak banyak manfaatnya.
Ada kalanya, komunikasi yang kita coba jalin, belum memberi
dampak positif seperti yang diinginkan. Bahkan, komunikasi itu kadang dapat pula
menyebabkan konflik. Mengapa itu terjadi?
Kisah laptop saya dan program game permintaan si cucu itu
salah satu kuncinya. Ide-ide atau pesan-pesan sebagai perangkat lunak kita, belum siap di download
oleh penerima. Mengemukakan gagasan, memberikan motivasi dan berkomunikasi
sesama kerabat memang perlu dilakukan. Namun, jika semua itu belum terlihat
manfaatnya, tidak perlu berkecil hati. Kita patut memahami, boleh jadi didalam
dirinya belum tersedia perangkat lunak yang dapat menyimpan dan mengaktifkan pemikiran
itu.
(Pekanbaru, Agustus 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar