Puasa diwajibkan kepada umat Islam yang telah cukup umur.
Namun, sebelum mencapai umur tersebut, tidak ada salahnya memberikan latihan
dulu. Sehingga sampai waktunya, si anak tidak lagi merasakan, bahwa tidak makan
dan tidak minum selama kurang lebih 14 jam bukan lagi beban berat.
Dengan maksud itulah saya mencoba melatih seorang cucu
laki-laki yang berumur sekitar 5 tahun lebih untuk mulai melaksanakan puasa.
Alhamdulillah, latihan itu berhasil cukup baik.
Sebagaimana biasanya, ketika libur sekolah si cucu menginap
dirumah kami. Dia sudah bersekolah disebuah PAUD. Hari Sabtu dan Minggu adalah
hari liburnya. Pada hari Sabtu itu, dia tidak bangun sahur. Sudah dicoba
membangunkan tetapi belum berhasil. Karena tidak sahur, kami sepakat dia berpuasa
hanya sampai azan zuhur. Sengaja dipilih suara azan sebagai patokan waktu agar
dia memiliki memori tersendiri tetang azan.
Pada hari Minggu, kami
berhasil mengajaknya untuk sahur bersama. Sambil menikmati makan sahur itu,
kami memberikan informasi bahwa sebaiknya berbuka itu pada waktu azan magrib.
Berbagai motivasi kami coba berikan. Salah satunya, jika kuat menahan haus dan
lapar sampai azan magrib, itu pertanda sebuah kemenangan.
Menjelang azan zuhur, situasinya aman-aman saja. Si cucu
mengisi waktunya dengan bermain game di komputer dan HP. Saya juga ikut mengisi
waktunya dengan main kusir-kusiran. Dia terlihat asyik...
Setelah shalat zuhur, sesuai janji, saya mengajaknya ke
sebuah mall walaupun cuaca cukup panas dan letaknya lumayan jauh dari rumah.
Selama di mall, saya beri kesempatan baginya untuk memilih cemilan yang
disukai. Pendingin udara di dalam mall cukup membantu. Si cucu masih
nyaman-nyaman saja.
Menjelang azan asar, saya mengajaknya ke sebuah masjid yang terletak di dekat mall
tersebut. Air minum yang terletak di dekat pintu masuk masjid, mengundang rasa
hausnya. Dia minta minum. Permintaan itu diulangnya beberapa kali. Saya masih
berhasil membujuknya. Ketika shalat, saya sengaja mengambil tempat di saf
terdepan dan dipinggir. Si cucu saya suruh berbaring saja di lantai yang tidak
ditutupi karpet. Selama shalat berlangsung, dia tidak bisa ke mana-mana karena
saf kedua penuh.
Diperjalanan pulang, rasa haus sepertinya sudah sangat
mengganggu. Berkali-kali dia katakan bahwa setelah sampai di rumah nanti mau
minum.” Pokoknya sampai dirumah adek mau minum”, katanya berkali-kali. Usaha
saya memperlama perjalan pulang dengan menggunakan jalan lain, tidak berhasil.
Sebab, dia tahu jalan yang harus dilalui.
Sesampai dirumah, dia berlari menuju tempat air minum. Saya
cepat-cepat mengingatkan neneknya untuk membujuk. Agak sulit memang. Salah satu
cara untuk mengurangi rasa haus itu, dia dimandikan. Ternyata, setelah mendi
dan ganti pakain, dia tenang kembali.
Sekitar pukul 17.00 WIB, ketenangan mulai terganggu lagi.
Berkali-kali dia minta minum. Sekitar
pukul 17.30 WIB, ayah dan ibunya datang menjemput. Ada undangan berbuka puasa
disebuah hotel. Kondisi ini ternyata tidak menguntungkan. Si cucu semakin
memperlihatkan keinginannya untuk minum. Isteri saya menyerah dan ingin memberinya minum. Saya masih mencoba mempertahankan.
Paling tidak, dia dapat berpuasa satu hari saja dahulu. Walaupun agak khawatir juga. Waktu berbuka tinggal beberapa menit lagi.
Ketika dinaikkan ke mobil, dia minta turun. Tidak mau ikut.
Ayahnya memberikan kesempatan turun dan dia kembali kedalam rumah dengan di
gendong. Kami mencoba membujuk lagi. Kami melihat kondisi pisiknya masih cukup
kuat. Kami terus melakukan dialog dan memotivasi. Waktu berjalan terasa sangat lambat.
Akhirnya, upaya itu tidak sia-sia. Waktu berbukapun
datang. Dia terlihat gembira. Segelas
air putih hangat langsung dihabiskan. Setelah itu, makan sepiring nasi dengan
sup. Masih ada makanan tambahan lainnya.Malam itu, dia terlihat cukup ceria. Kekhawatiran kami hilang. Mudah-mudahan, puasa pertama ini memberi kesan baginya. Untuk
mencapai kemenangan memang perlu perjuangan dan kesabaran. Hal ini yang kami
coba tanamkan didalam hati dan pikirannya.
(Pekanbaru, Juli 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar