Kamis, 26 Juli 2012

Isyarat, Simbol Dan Kenyamanan


Suatu malam di sebuah rumah, seorang anak usia tiga tahun sedang menyimak sebuah suara. “ting...ting...ting! ting...ting...ting”. Pikiran dan matanya menerawang ke isi rumah. Tapi, tak satupun yang pas jadi jawaban . “ Itu suara pedagang bakso keliling, Nak”, suara sang ibu menangkap kebingungan anaknya. “Kenapa ia melakukan itu bu? Tanya sang anak polos. Sambil senyum, ibu itu menghampiri.” Itulah isyarat. Tukang bakso Cuma ingin bilang ‘Aku ada disekitar sini”, jawab si ibu lembut.


Beberapa jam setelah itu, anak kecil tadi lagi-lagi menyimak suara asing. Kali ini berbunyi beda. Persis seperti klakson kendaraan. “ teeet...teeet...teeet”. Ia melongok lewat jendela. Sebuah gerobak dengan lampu petromak tampak didorong seseorang melewati jalan depan rumahnya. Lagi-lagi anak kecil itu bingung. Apa maksud suara itu, padahal tak ada suatu pun yang menghalangi jalan. Kenapa mesti membunyikan klakson. “sember lagi ..” gumam si anak.

“ Anakku. Itu tukang sate ayam. Suara klakson itu isyarat. Ia pun Cuma ingin mengatakan, ‘ Aku ada didekatmu! Hampirilah”, Ungkap sang ibu lagi-lagi menangkap kebingungan anaknya. “ Kok Ibu tahu? Kilah si anak lebih serius. “ Nak, bukan Cuma ibu yang tahu. Semua orang dewasa pun paham itu. Simak dan pahamilah. Kelak, kamu akan tahu isyarat-isyarat itu”, ucap si ibu penuh perhatian.

Cerita diatas saya kutip dari Bulletin Tafakuran Bandung. Ada pengajaran yang patut kita ambil dari kisah ini. Orang-orang dewasa paham maksud dari sebuah simbol. Seharusnya pemahaman itu teraplikasi didalam perilaku keseharian. Buah dari perilaku paham simbol-simbol itu adalah sebuah kehidupan yang nyaman ditengah masyarakat.

Setiap orang dewasa yang membawa kendaraan tentu memahami bahwa lampu merah menyala berarti harus berhenti. Jika terus mengemudikan kendaraannya karena tidak ada polisi, itu namanya tidak mengaplikasikan pemahaman akan simbol. Hal ini hanya sebuah contoh kecil. Jika aplikasi yang tidak sesuai simbol itu terus berlanjut, maka anak-anak menjadi bingung.

Mungkin inilah yang terjadi di negeri ini. Banyak perilaku orang-orang dewasa tidak sesuai simbol. Anak-anaknya mencontoh perilaku itu. Tidak sulit menemukan perilaku yang tidak mentaati simbol. Apalagi simbol-simbol berlalu lintas. Rambu-rambu lalu lintas sebagai simbol dilarang atau harus, seakan tidak ada artinya bagi sebagian pengguna/pengemudi kendaraan.  Akibatnya, tidak mudah menemukan kenyamanan.

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahun dan tekologi, semakin banyak  pula fasilitas dan kemudahan. Namun tidak semua  fasilitas dan kemudahan itu dapat dinikmati dengan baik. Penyebabnya adalah perilaku sebagian orang-orang dewasa tidak sesuai dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan fasilitas. Contohnya, ATM adalah faslitas untuk memudahkan dan mempercepat pengambilan atau pengiriman uang, tetapi ada saja orang-orang yang berlama-lama di depan ATM. Bahkan ada yang menghitung uangnya tanpa memperdulikan orang-orang yang antri.

Entah sampai kapan perilaku tidak perduli simbol ini berlangsung. Merobah perilaku orang-orang dewasa agar selalu mentaati simbol, bukan pekerjaan mudah. Oleh sebab itu, kita perlu mempersiapkan diri untuk familiar dengan ketidak nyamanan.

(Bandung, Juni 2012)

Tidak ada komentar: