Ambisi untuk menjadi pemimpin, sudah terlihat jelas
ditengah-tengah masyarakat. Mulai dari pemimpin dilingkungan kecil, sampai
dengan pemimpin disebuah wilayah dan negara. Ambisi itu dapat dilihat dari
usaha yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah jabatan. Lebih terlihat lagi
ketika usaha itu tidak berhasil. Banyak yang tidak dapat menerima kekalahan
dengan lapang dada. Ambisi terhadap kepemimpinan itu boleh jadi berhubungan
dengan fasilitas dan kekayaan.
Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya selalu berusaha
berpegang teguh kepada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sejarah telah membuktikan,
bahwa kepemimpinan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membawa umat
Islam mencapai kejayaan. Memberikan kesejahteraan kepada umat manusia.
Pola kepemimpinan dalam Islam, meliputi teori dan contoh
nyata. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat adalah contoh
teladan bagi pemimpin. Salah satu kisah para Sahabat saya kutip dari buku “
Tempat-tempat bersejarah di Madinah Munawwarah, Imtiaz Ahmad”. Kisah tentang Khalifah Abu Bakar dan Umar terhadap kepemimpinan.
Disebutkan oleh Ibnu Aseer bahwa Abu Bakar ra telah berkata
:” Barang-barang baru apa saja yang telah aku kumpulkan semenjak aku menjadi Khalifah?”. Ia diberi
tahu tentang tiga barang berikut :
a. Seekor unta yang digunakan untuk
mengambil air.
b. Seorang budak untuk mengasuh
anak-anak dan juga mengasah pedang-pedang dari Ummat Muslim.
c. Satu potongan kain seharga kurang
dari satu Saudi Rial sekarang.
Ia berwasiat untuk menyerah-terimakan barang-barang ini
kepada Khalifah yang berikutnya setelah kematiannya.
Ketika Umar ra menerima barang-barang ini, ia tidak dapat
menahan tangisan dan ia secara terus menerus berkata :” Wahai Abu Bakar ra, kamu telah membuat tugas penggantimu
menjadi sangat sulit dengan tauladan yang luar biasa darimu ini.”
Ini merupakan peringatan bagi mereka yang memegang jabatan
publik dan kemudian menghimpun kekayaan tidak sah.
Dari kisah ini, dapat kita ambil pengajaran berharga. Begitu
besar dan perdulinya Khalifah Abu Bakar r.a dan Umar r.a terhadap amanah,
apalagi yang berupa harta. Kitapun patut
bersikap seperti itu. Sebab, selain pertanggung-jawaban didunia, ada lagi pertangung-jawaban
nati di akhirat. Hidup didunia bukanlah segala-galanya.
Bandung, Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar