Awal-awal memiliki mobil, saya tidak berani melakukan
perjalanan jauh. Ketakutan itu karena saya belum mahir mengemudi dan tidak
memiliki pengetahuan tentang mesin mobil. Padahal, bepergian itu merupakan
salah satu kesukaan saya.
Suatu ketika, dua orang teman dari daerah mengajak saya
jalan-jalan ke propinsi tetangga. Perjalanan itu mencapai ratusan km jauhnya.
Tidak ingin mengecewakan sahabat, sibuklah saya mencari pengemudi. Setelah
menghubungi beberapa orang, akhirnya seorang kerabat menyatakan kesediaannya.
Dari ucapannya tersirat, bahwa saya harus membayar sejumlah uang dan dia
mempunyai waktu terbatas. Tidak mempunyai pilihan lain, saya setujui saja.
Dari pengalaman itu, saya merasakan bagaimana sulitnya
ketergantungan kepada orang lain. Kesadaran ini menimbulkan motivasi untuk mandiri.
Saya tidak ingin kegemaran berjalan-jalan terhambat. Kendaraan sudah punya.
Kenapa harus menunggu kesediaan orang lain sebagai pengemudi?
Ketika kondisi ini saya ceritakan kepada seorang kerabat yang
tahu banyak tentang mobil, dia mendorong saya untuk belajar. Tidak banyak
teori, langsung praktek dengan mobil yang saya pakai. Lebih kurang seminggu,
saya sudah mengetahui hal mendasar tentang mobil. Jika mobil tiba-tiba mogok di
perjalanan, saya sudah tahu apa yang harus dilakukan. Sejak saat itu, saya
tidak lagi khawatir melakukan perjalanan jauh. Tidak hanya ratusan km, bahkan
ribuan km, melintasi Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, beberapa kali saya lakukan.
Keberangkatan itu tidak lagi tergantung kepada orang lain. Lebih dari pada itu,
saya dapat menikmati kegemaran mengemudi kendaraan ke luar kota.
Dari pengalaman ini, saya mendapat pengajaran, bahwa
keinginan untuk memperoleh sesuatu harus
diiringi juga dengan usaha sungguh-sungguh. Usaha sungguh-sungguh, diikuti pula
dengan do’a. Melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang lain, membuat
kehidupan terasa lebih nyaman karena lebih leluasa dalam mewujudkan keinginan.
Motivasi yang kuat untuk mandiri sepatutnya kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar