Dari media massa, dapat kita ketahui banyaknya terjadi
musibah di negeri ini. Musibah datang dalam bentuk bencana alam, kecelakaan
lalu lintas, wabah penyakit dan lain-lain. Berbagai macam pula sikap dan perilaku
orang-orang ketika menghadapi musibah tersebut.
Ketika tertimpa musibah akibat kelalaian/perbuatan orang
lain, tidak sedikit yang tidak dapat menahan amarah. Bahkan ada yang mencoba
bertindak sendiri. Jika perkaranya sampai ke pengadilan, meminta agar
pengadilan menjatuhkan hukuman yang berat kepada si pelaku.
Musibah tentu tidak diinginkan. Namun, jika musibah itu sudah
menimpa diri atau keluarga, perlu disikapi dengan baik dan cerdas. Apalagi
sebagai seorang yang beragama.
Ada sebuah kisah kecerdasan yang patut dijadikan bahan
renungan ketika menghadapi musibah. Pada suatu ketika Qais bin Ashim sedang
duduk dirumahnya, kemudian datanglah pelayan, seorang hamba sahaya perempuan
dan membawa sebuah bejana dari besi yang disitu ada daging panggangnya.
Tiba-tiba bejana itu tanpa disengaja jatuh dan mengenai puterinya yang masih
kecil dan seketika itu pula ia meninggal dunia. Pelayan itu ketakutan sangat,
tetapi Qais berkata :” Jangan engkau takut, engkau kini saya nyatakan sebagai
seorang merdeka dan saya merdekakan untuk mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala”.
(Ihya Ulumuddin, Imam Alghazali-Bimbingan untuk mencapai tingkat mu’min).
Menuntut orang lain yang melakukan kesalahan agar mendapatkan
hukuman, memang tidak salah. Namun, kearifan menghadapi kenyataan layak juga
dimiliki. Ada ketentuan dari Yang Maha Kuasa yang tidak dapat kita tolak.
(Pekanbaru, Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar