Rabu, 02 Mei 2012

Pengajaran Dari Luqman Hakim


Kehidupan akan terasa semakin bermakna dengan hadirnya orang lain disekitar kita. Namun, ada baiknya bijaksana dalam menjalin hubungan sesama warga. Sebagai manusia yang cerdas, setiap kita tentu memiliki cara menjalani kehidupan. Boleh jadi, cara itu tidak sama dengan orang lain.

Apapun yang kita lakukan, akan memunculkan tanggapan dari orang-orang disekitar.  Perlu kecermatan dalam mensikapi tanggapan itu. Tidak semua “kata orang” layak diikuti. Sebab, “kata orang” itu dapat berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya. Jadi, akan ada kesulitan jika berusaha berbuat menurut “kata orang”.


Untuk dapat memilah dan memilih “kata orang”, kita sepatutnya memiliki tata nilai sendiri. Tata nilai inilah yang menjadi penyaring. Sepanjang “kata orang” itu sesuai dan sejalan dengan tata nilai, boleh saja diikuti. Tetapi, kata orang yang tidak sesuai, abaikan saja. Tata nilai yang paling cocok dan tepat adalah ajaran agama.

Ada sebuah kisah tentang “kata orang” yang saya kutip dari Uswah, Bulletin Dakwah & Informasi Pusdai Jawa Barat. Kisah ini patut di jadikan acuan dan diambil hikmahnya.

Dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk kedalam pasar dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikuti dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orangpun berkata : “ Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki.”

Setelah mendengarkan desas desus dari orang ramai, maka Luqman pun turun dari himarnya lalu diletakkan anaknya diatas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang dipasar itu berkata pula :” Lihat, orang tuanya berjalan kaki sedang anaknya seenaknya menaiki himar itu, sungguh kurang adab anak itu.”

Sebaik sahaja mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi :” Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksa himar itu.”

Oleh karena tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar. Kemudian terdengar lagi suara orang berkata : “ Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikendarai”.

Dalam perjalanan mereka pulang kerumah, Luqman Hakim telah menasehati anaknya tentang sikap manusia dan ucapan mereka., katanya :” Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang  menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu.”

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya :” Wahai anakku, tuntutlah rezki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.”


Tidak ada komentar: