Suatu hari, cucu saya memberi sekantong rambutan. Setelah
saya tanyakan, ternyata rambutan itu pemberian seorang kerabat dan dipetik dari
pohon yang tumbuh di sebidang tanah kosong. Saya tidak kenal dengan pemiliki
lahan tersebut karena berdomisili di tempat lain.
Rambutan itu saya suruh kembalikan. Menurut pengetahuan saya,
orang-orang memetik rambutan itu tanpa meminta izin dari pemilik lahan. Saya
tidak dapat mencegah. Untuk memakannya, saya juga tidak mau. Hal ini, saya
katakan kepada si cucu. Kelihatan dia bingung. Orang-orang berebut mengambil
buah rambutan, saya justeru menolak pemberiannya.
Sebenarnya saya prihatin dengan kondisi tersebut. Orang-orang
dewasa yang seharusnya memberi pengajaran kepada anak-anak bahwa mengambil hak
orang tanpa izin tidak dibenarkan, malahan mempertontonkan kesalahan itu. Ada
kemungkinan, anak-anak akan meniru perilaku tersebut. Apa jadinya nanti.
Ada sebuah kisah menarik. Kisah ini patut diambil sebagai
pengajaran. Abu Bakar Ashshiddiq r.a pada suatu hari minum seteguk susu yang
diperoleh seseorang hamba sahayanya dari hasil karyanya. Kemudian, setelah
selesai minumnya, ia bertanya :” Darimana asalnya susu tadi? Hamba sahaya itu
menjawab :” Saya memberikan peramalan pada sesuatu kelompok manusia, lalu
sebagai upahnya saya mendapatkan susu itu”. Mendengar jawaban itu, segeraralah
Abu Bakar memasukkan jari-jari tangannya kedalam mulutnya dan mengusahakan
supaya susu tadi dapat dimuntahkan. Yang menceritakan kejadian ini menjelaskan,
bahwa Abu Bakar Ashshiddiq r.a terus muntah-muntah sehingga saya mengira, bahwa
jiwanya akan melayang karenanya. Sehabis muntah-muntah tadi, Beliau r.a lalu
berdo’a :” Ya Allah.. hamba mohon kebebasan dari padamu mengenai makanan yang
telah dibawa oleh urat-urat tubuh serta yang sudah bercampur aduk didalam perut
besar “. ( Ihya Ulumuddin Imam Alghazali, Bimbingan untuk mencapai tingkat
mu’min)
Demikian khawatirnya Abu Bakar mengenai seteguk susu. Begitu
besarnya perhatian Abu Bakar terhadap kehalalan makanan/minuman. Sikap ini
patut kita miliki. Menjaga halalnya makanan dan minuman perlu dilakukan
sungguh-sungguh. Halal zatnya dan halal pula cara memperolehnya.
Pemahaman akan pentingnya menjaga makanan dan minuman,
sepatutnya ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Tidak hanya dengan
kata-kata, tetapi juga dengan perilaku. Jadilah teladan yang baik. Hindarkan memberi contoh perilaku buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar