Rabu, 11 April 2012

Indahnya Kejujuran


Banyak sekali kemudahan akan diperoleh ketika berada dalam sebuah lingkungan masyarakat yang perduli dengan kejujuran. Sebaliknya, banyak ketidak nyamanan akan dirasakan ketika berada dalam lingkungan yang tidak mau tahu dengan perilaku “jujur”.

Suatu ketika, saya melihat seorang ibu menyerahkan sebuah dompet yang ditemukannya kepada petugas. Waktu itu saya sedang berada disebuah tempat berbelanja di kota Bandung. Tentu si petugas itu akan menyimpan dan menyerahkannya kepada si pemilik suatu ketika nanti.


Dapat kita bayangkan bagaimana senangnya hati si pemiliki dompet itu ketika mendapatkan kembali dompetnya yang hilang. Lazimnya, dompet tidak hanya berisi uang, tetapi juga ada surat penting ( KTP, SIM, Kartu ATM). Kehilangan dokumen itu akan memberikan kesulitan yang banyak.

Rasa senang karena mendapatkan kembali barang yang hilang, pernah saya rasakan sendiri. Ketika turun dari bis, tanpa sengaja jaket saya tertinggal. Saya baru sadar bahwa jaket tertinggal sekitar setengah jam kemudian. Setelah menghubungi petugas, tidak lama kemudian, saya mendapatkan kembali jaket itu.


Peristiwa ini boleh saja dianggap contoh kecil tentang kejujuran. Namun, sekecil apapun sebuah kejujuran selalu memberi kenyamanan. Karena itu, upaya mewujutkan perilaku jujur patut ditanamkan sejak dini.

Menurut Mubarok Institute, kejujuran merupakan nurani yang ada di dalam batin, bukan pengetahuan yang ada di fikiran. Oleh karena itu pengetahuan agama, pengetahuan tentang nilai kejujuran tidak cukup untuk membuat orang menjadi jujur. Kejujuran tidak berlangsung begitu saja tetapi membutuhkan dukungan infrastruktur yang kondusif untuk itu . Tak jarang orang baik yang benar-benar jujur kemudian hilang kejujurannya ketika ia memikul tanggung jawab tugas yang menggoda tanpa sistem pengawasan yang memadai.

Jadi, pengetahuan agama dan pengetahun tentang nilai kejujuran tidak cukup membuat orang menjadi jujur. Perlu adanya pengawasan yang memadai. Menurut saya, sebagus apapun sebuah sistem pengawasan, selalu ada celah. Karena itu, menanamkan adanya pengawasan dan tuntutan pertanggung jawaban dari Yang Maha Kuasa, perlu terus dilakukan. Sehingga kejujuran itu menjadi  nilai nurani didalam batin.

Jika kejujuran yang dilandasi oleh keyakinan bahwa ada kukuasaan Yang Maha Mengetahui telah tertanam didalam jiwa seseorang, maka kondisi lingkungan tidak akan banyak berpengaruh. Tidak mudah tergoda untuk menikmati kesenangan sesaat yang diperoleh dengan tidak jujur. Berlaku jujur akan terasa indah.
Pekanbaru, 2 April 2012

Tidak ada komentar: