Banyak sekali kemudahan akan diperoleh ketika berada dalam
sebuah lingkungan masyarakat yang perduli dengan kejujuran. Sebaliknya, banyak
ketidak nyamanan akan dirasakan ketika berada dalam lingkungan yang tidak mau
tahu dengan perilaku “jujur”.
Suatu ketika, saya melihat seorang ibu menyerahkan sebuah
dompet yang ditemukannya kepada petugas. Waktu itu saya sedang berada disebuah
tempat berbelanja di kota Bandung. Tentu si petugas itu akan menyimpan dan menyerahkannya
kepada si pemilik suatu ketika nanti.
Dapat kita bayangkan bagaimana senangnya hati si pemiliki
dompet itu ketika mendapatkan kembali dompetnya yang hilang. Lazimnya, dompet
tidak hanya berisi uang, tetapi juga ada surat penting ( KTP, SIM, Kartu ATM).
Kehilangan dokumen itu akan memberikan kesulitan yang banyak.
Rasa senang karena mendapatkan kembali barang yang hilang,
pernah saya rasakan sendiri. Ketika turun dari bis, tanpa sengaja jaket saya
tertinggal. Saya baru sadar bahwa jaket tertinggal sekitar setengah jam
kemudian. Setelah menghubungi petugas, tidak lama kemudian, saya mendapatkan
kembali jaket itu.
Peristiwa ini boleh saja dianggap contoh kecil tentang
kejujuran. Namun, sekecil apapun sebuah kejujuran selalu memberi kenyamanan.
Karena itu, upaya mewujutkan perilaku jujur patut ditanamkan sejak dini.
Menurut Mubarok Institute, kejujuran merupakan nurani yang
ada di dalam batin, bukan pengetahuan yang ada di fikiran. Oleh karena itu
pengetahuan agama, pengetahuan tentang nilai kejujuran tidak cukup untuk
membuat orang menjadi jujur. Kejujuran tidak berlangsung begitu saja tetapi
membutuhkan dukungan infrastruktur yang kondusif untuk itu . Tak jarang orang
baik yang benar-benar jujur kemudian hilang kejujurannya ketika ia memikul
tanggung jawab tugas yang menggoda tanpa sistem pengawasan yang
memadai.
Jadi, pengetahuan agama dan pengetahun tentang nilai
kejujuran tidak cukup membuat orang menjadi jujur. Perlu adanya pengawasan yang
memadai. Menurut saya, sebagus apapun sebuah sistem pengawasan, selalu ada
celah. Karena itu, menanamkan adanya pengawasan dan tuntutan pertanggung
jawaban dari Yang Maha Kuasa, perlu terus dilakukan. Sehingga kejujuran itu
menjadi nilai nurani didalam batin.
Jika kejujuran yang dilandasi oleh keyakinan bahwa ada
kukuasaan Yang Maha Mengetahui telah tertanam didalam jiwa seseorang, maka
kondisi lingkungan tidak akan banyak berpengaruh. Tidak mudah tergoda untuk
menikmati kesenangan sesaat yang diperoleh dengan tidak jujur. Berlaku jujur
akan terasa indah.
Pekanbaru, 2 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar