Sejak ibu tinggal bersama kami, ada pengalaman berharga kami dapatkan
didalam pembentukan budi pekerti seorang cucu. Usianya kurang dari 5 tahun. Sekarang
cucu ini sudah bisa berlaku manis terhadap ibu kami yang dia panggil dengan
nenek unyang. Ketika baru sampai di rumah, dia selalu menyempatkan diri melihat
nenek unyangnya. Ketika pulang, dia juga pamit.
Perilaku ini berbeda dengan dulu. Jika kami melakukan
perjalanan bersama, si cucu selalu saja memperlihatkan ketidak nyamanannya terhadap
nenek unyang. Boleh jadi, dia merasa berbagi perhatian. Sebab, kalau nenek
unyangnya tidak ikut, dia selalu mendapat perhatian dan lebih leluasa.
Sudah berusaha berkali-kali mencoba memberikan pengertian
kepadanya, bahwa nenek unyang itu adalah ibu dari atuknya. Dia harus bersikap
sopan dan jangan bersikap sembarangan. Namun, sikapnya masih belum terlihat
manis.
Ketika ibu sakit, beliau tinggal bersama kami. Kondisinya
tidak memungkinkannya banyak bergerak. Lebih banyak berbaring ditempat tidur.
Pada malam libur sekolah, si cucu biasanya bermalam dirumah. Kami berusaha
memberikan pemahaman bahwa nenek unyangnya itu perlu perhatian. Kadang, kami
minta dia memijit kaki nenek unyangnya sambil mencontohkan. Ternyata dia mau
melakukannya dan terlihat kesungguhan diwajahnya.
Sejak saat itu, si cucu mulai memperlihatkan sikap manisnya.
Selalu menyempatkan diri untuk melihat si nenek unyang. Menyempatkan diri pamit
dan salaman ketika akan pulang.
Dari pengalaman ini, kami mendapatkan pengajaran berharga.
Bahwa, menanamkan perilaku baik kepada anak-anak perlu kesabaran dan
berkesinambungan. Sikap kita (orang dewasa) berpengaruh signifikan. Tidak cukup
hanya melarang dengan menggunakan kata “jangan” atau menyuruh dengan kata
“harus”. Berdialog dengan si anak diikuti dengan contoh perbuatan/perilaku, berpengaruh
sangat berkesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar