Selasa, 06 Maret 2012

Meminta Dan Memberi Maaf Perlu Menjadi Kebiasaan


Kata-kata maaf, boleh jadi sudah kurang familiar dikalangan sebahagian penduduk negeri ini. Baik itu berupa minta maaf maupun memberi maaf. Sebuah kejadian kecil yang kami alami, dapat menjadi contoh nyata tentang kata “maaf” itu.

Kami menghadiri sebuah acara pernikahan kerabat. Ketika menikmati makan siang, kepala isteri saya tersentuh oleh tangan seorang tamu lain yang duduk dibangku barisan belakang. Sentuhan itu cukup terasa dan berlangsung dua kali. Merasa terganggu, isteri saya melihat kebelakang. Tetapi si tamu itu (seorang ibu-ibu), tenang-tenang saja. Tidak ada kata maaf keluar dari mulutnya.


Mungkin hal itu dianggap biasa-biasa saja. Mungkinkah menyentuh kepada orang lain dengan sengaja atau pun tidak sudah bukan merupakan kesalahan?  Atau, minta maaf atas sebuah kesalahan dianggap tidak penting lagi?
Kejadian tersebut, mengingatkan saya akan sebuah insiden kecil. Ketika keluar dari toilet pesawat, tanpa sengaja, ujung kaki saya menyentuh kaki seorang penumpang yang sedang berdiri didekat pintu. Sebagai tanda mohon maaf, saya menganggukkan kepala dan tersenyum. Ternyata bagi orang itu (warga negara asing), belum cukup. “ You can say sorry”, katanya. Saya melihat ada kesungguhan diwajahnya. Saya pun mengucapkan yang dia minta ‘sorry’. Peristiwa ini terjadi didalam perjalanan pulang ke tanah air. Saya menumpang pesawat dari maskapai penerbangan asing. Mayoritas penumpangnya memang orang asing.

Dari peristiwa ini, saya mengambil pengajaran, betapa pentingnya kata “maaf” bagi orang-orang tertentu. Dan betapa tidak familiarnya kita dengan kata-kata itu. Mungkin juga kita sudah sangat terbiasa dengan kesalahan-kesalahan yang melanggar etika/sopan santun. Sehingga etika/sopan santun itu tidak penting lagi.

Contoh kecil ini hanya melibatkan beberapa orang. Mudah-mudahan masih sangat banyak penduduk negeri ini yang mudah minta maaf dan mudah pula memaafkan. Daripada mengucapkan : “ You can say sorry”, lebih baik simpan dalam hati dan pikiran kalimat : “ Tidak mengapa, saya selalu memaafkan anda”.

Tidak ada komentar: