Kamis, 01 Maret 2012

Indahnya Kehidupan dan Bersyukur


Seharusnya kita berperilaku seperti orang yang terjepit ibu jarinya, lalu dia sibuk menghitung semua jari yang tidak terjepit, dan dengan penuh rasa syukur berkata: “ Alhamdulillah, sembilan belas jari saya selamat. Untung ibu jari saja yang terluka”. Begitupun tatkala dompet seorang pemuda hilang, sesudah berucap innalillahi wa innailaihi roji’un, dia pun segera berucap Alhamdulillah, untung yang hilang hanya dompetnya saja tidak dengan celananya. Ketika dioperasi usus buntu, maka ahli syukur akan merasa beruntung  karena dari saluran isi perutnya yang banyak ragam dan macamnya hanya ususnya saja yang sakit, itupun hanya yang buntunya saja.

Ketika masuk kerumah dan tercium bau kotoran kucing, maka diapun bersyukur, berarti hidungnya masih normal, masih bisa membedakan mana yang harum, mana yang bau. Coba bayangkan sendiri andaikata hidung kita tidak mampu membedakan bau-bauan, kan sangat repot jadinya. Pendek kata, siapapun yang lebih sibuk melihat dengan proporsional  nikmat yang lebih banyak yang harus disyukuri dan dibandingkan dengan musibah yang pasti kecil dan lebih sedikit  dibanding nikmat yang ada, niscaya kesulitan apapun yang dihadapi akan terasa jauh lebih ringan atau bahkan menjadi bagian yang dinikmati pula.
Maka untuk urusan dunia tengoklah selalu kebawah, niscaya kita akan merasa sudah mendapat banyak dan melimpah. Dan tidak perlu kita ingin selalu tampak lebih daripada keadaan sebenarnya, semua ini akan menyiksa hidup kita, hiduplah dengan menerima kenyataan apa adanya, sambil secara bertahap kita berupaya meningkatkan taraf hidup kita.
Oleh karena itu, orang yang ingin dapat menikmati hidup ini dengan baik dan juga dijamin akan dicukupi nimat lainnya oleh Alloh. Hendaknya menyadari bahwa nikmat yang sesungguhnya bukan dari ada dan tiada, melainkan dari sikap terhadap ada dan tiada. Syukurilah apapun yang diberikan Alloh tanpa harus kecewa dan keluh kesah, dan ikhtiarlah lebih sungguh-sungguh lagi dengan hati yang lapang, niscaya Alloh tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya yang ahli bersyukur.
Dan ingat baik-baik, bagus, cocok untuk orang lain belum tentu maslahat untuk setiap orang, yakinlah ada takdirnya masing-masing.
Sesungguhnya kita sangat sering berlaku tidak adil kepada diri kita sendiri juga terhadap nikmat yang diberikan Alloh, yaitu diantaranya dengan salah memandang nikmat dan musibah, akibatnya begitu banyak kejadian yang membahagiakan justru kita sikapi secara salah sehingga menjadi sesuatu yang menyedihkan.
(Sumber: Syukur Mengundang Nikmat, KH. Abdullah Gymnastiar)

Tidak ada komentar: