Rabu, 14 Desember 2011

Memanggang Roti Di Tokyo International Centre


Suatu pagi di Tokyo International Centre ( JICA Tokyo). Penghuninya dari berbagai bangsa/negara. Pada waktu sarapan, suasana ramai terlihat di satu ruangan besar. Masing-masing memiliki gaya tersendiri, namun menyatu dalam sebuah kepentingan. Memilih makanan dan minuman.


Contoh makanan ada di etalase. Lengkap dengan harganya. Ada label halalnya juga. Minuman antara lain air putih, kopi, teh dan teh hijau.  Orang Jepang menyebut teh hijau dengan Japanese tea. Saya belum sempat melihat perkebunan teh disana.

Pagi itu, saya memilih untuk sarapan pakai roti bakar. Dengan penuh keyakinan, tanpa membaca petunjuknya, saya masukkan roti ke pemanggang. Seseorang yang punya keinginan sama, juga ikut memasukkan rotinya. Setelah itu kami sama-sama  berdiri dan menunggu. Basa basi ala kadarnya, sekedar say hallo. Cukup lama juga menunggu, tapi rotinya tak keluar juga.

Tiba-tiba ada seorang wanita, sambil mengucapkan “excuse me” dia menekan sesuatu dialat pemanggang roti itu dan berlalu.  Seperti di komando, kami mengangguk dan mengucapkan ‘ thank you’. Tak lama kemudian roti kami keluar dan matang. Sambil senyum-senyum, kami mengambil roti masing-masing.

Ada rasa malu juga waktu itu. Untungnya, rasa malu itu terbagi dua. Saya tidak sendiri. Ada orang lain, dari negara lain yang belum familiar dengan pemanggang roti. Untungnya lagi, ada seorang dari negara lain lagi, bersedia membantu. Kalau tidak, berapa lama kami harus berdiri menunggu roti yang tak matang-matang. Sejak saat itu, saya selalu membaca dulu petunjuk sebelum menggunakan  alat apapun.

Pekanbaru, 10 Desember 2011

Tidak ada komentar: