Hampir setiap hari ada pemulung yang lewat di depan rumah saya. Membawa karung besar dan sebuah tongkat/pengait. Ekspresi wajahnya, selalu terlihat serius. Melihat kekiri dan kekanan. Memungut kemasan plastik dan memasukkan ke karung besarnya.
Dari infomasi yang saya peroleh, setiap kemasan plastik (gelas) oleh pengepul dihargai Rp 100.- Suatu jumlah yang kecil. Namun, jika berhasil mengumpulkan kamasan plastik dalam jumlah yang besar, tentu besar juga penghasilannya. Persoalannya, apakah setiap hari ada orang yang membuang kemasan plastik? Apakah setiap hari jumlah kemasan plastik yang dibuang itu berjumlah banyak? Tentu masih ada tanda tanya yang lain lagi. Sementara pemulung itu tidak sendirian. Ada beberapa orang.
Saya tidak tahu, alasan sesungguhnya dari si pemulung itu melakukan pekerjaannya. Boleh jadi, hanya itu pekerjaan yang dapat dialkukannya. Bagi saya, ada beberapa pengajaran dari pemulung yang layak dijadikan motivasi.
Pertama, hidup ini perlu diisi dengan aktivitas yang bermanfaat. Besar kecilnya manfaat, tentu berbeda untuk setiap orang. Jika memang hanya bisa melakukan aktivitas dengan manfaat yang relatif kecil, lakukan saja sungguh-sungguh. Secara umum, banyak orang ingin dan berharap dapat melakukan hal-hal besar. Tetapi kesempatan dan peluangnya sangat terbatas. Dari pada menunggu kegiatan besar, lebih baik melakukan hal-hal kecil dengan sungguh-sungguh. Bukan sekedar ‘wasting time’.
Kedua, kebanyakan orang ingin mempunyai penghasilan besar. Namun, jika peluang itu belum ada, lebih baik ambil saja penghasilan yang kecil-kecil. Kehidupan ini terus berjalan. Tuntutan pemenuhan kebutuhan pokok tidak akan berhenti.
Ketiga, banyak orang yang mempunyai kegiatan besar dan memperoleh penghasilan besar setelah melewati masa-masa sulit dengan pengasilan tak seberapa.
Keempat, masa sulit akan menjadi cerita indah setelah memperoleh banyak hal. Seorang kerabat saya yang sekarang hidup mapan. Banyak keinginannya dapat diperoleh hanya dengan menyebutkannya saja. Seiring berjalan umur, sudah banyak yang dilupakannya. Namun, setiap kali diajak bercerita, dengan lancar dia akan bercerita tentang masa-masa susahnya dulu. Terlihat keceriaan diwajahnya ketika bercerita itu. Kadang dia juga tertawa. Sementara, tentang masa-masa senangnya, tak banyak yang dapat diingatnya.
Pekanbaru, 9 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar