”Saya hafal hadits di luar kepala
sebanyak 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits yang tidak shahih”: Demikian
pernyataan Imam Bukhari yang dimuat dalam buku Shahih Bukhari-Muslim. Buku ini
diterbitkan oleh Penerbit Jabal Bandung.
Mengenai kekuatan hafalan dan
kecerdasan Imam Bukhari ini dijelaskan, bahwa kekuatan hafalan, kecerdasan,
pengetahuan tentang parawi hadits dan ilatnya yang terdapat pada Bukhari,
merupakan salah satu tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Ta’ala. Allah telah memeliharanya
dan para penghimpun hadits lainnya untuk menghafal dan menjaga sunnah Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Imam Bukhari berkata :”Saya hafal hadits
di luar kepala sebanyak 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits yang tidak
shahih”.
Kekuatan hafalan Imam Bukhari,
keluasan pengetahuannya dan kecerdasannya sangat mengagumkan. Ketika beliau
tiba di Baghdad, ulama hadits berkumpul untuk menguji kemampuannya. Mereka
mencampur aduk dan memutar balik sanad dan matan 100 hadits. Matan hadits satu
diberi sanad hadits lainnya, dan sanad hadits yang satu diberi matan hadits
lainnya. Sepuluh ulama tampil dengan masing-masing membawa sepuluh hadits yang
sudah tidak karuan itu. Orang pertama mengajukan sepuluh hadits. Setelah
selesai membacanya, Imam Bukhari mengatakan:” Saya tidak mengetahui hadits yang
anda baca tadi”. Sampai kepada penanya yang kesepuluh, Imam Bukhari tetap
mengatakan seperti itu. Hadirin yang tidak tahu, memastikan Bukhari tidak akan
mampu menjawabnya. Sedangkan para ulama saling berkata:”Hebat benar orang ini”.
Setelah para penguji selesai membaca
hadits-hadits itu, Imam Bukhari melihat penanya pertama dan berkata:”Hadits
pertama tadi, yang benar isnadnya adalah begini”. Demikianlah Imam Bukhari
menjawab satu persatu dari sepuluh hadits itu. Lalu dia menoleh kepada penanya
kedua sampai kesepuluh. Dia menyebutkan hadits yang sudah diputar balikkan itu,
lalu membaca isnad dan matan yang
sebanarnya tanpa ada kesalahan sedikitpun. Maka para ulama Baghdad menyatakan
kekagumannya atas kecerdasan dan hafalan Imam Bukhari, serta memberi gelar
kepadanya “Imam Hadits”.
Sebagian hadirin mengatakan:” Yang
mengagumkan, bukanlah ia mampu menjawab secara benar, melainkan bagaimana dia
mampu menyebutkan hadits yang sanad dan matannya tidak karuan seperti yang
telah dibacakan sang penanya padahal dia hanya mendengar sekali saja.
Imam Bukhari pernah berkata:” Saya
tidak akan meriwayatkan hadits yang kuterima dari sahabat dan tabiin sebelum saya
mengetahui tanggal kelahiran, hari wafatnya dan tempat tinggalnya. Saya tidak
akan meriwayatkan hadits mauquf dari sahabat dan tabiin, kecuali ada dasarnya
yang ku ketahui dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar