Ketika menjelaskan tafsir surat ke 105 “Al-Fill” ayat 1 s/d
5, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir menceritakan sebuah peristiwa besar yang
merupakan irhash dan batu loncatan bagi
pengutusan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Sebab ditahun itulah beliau
dilahirkan menurut pendapat yang paling masyhur.
Dikisahkan, Abrahah telah membangun sebuah gereja di kota
Shan’a, sebuah bangunan yang tinggi menjulang ditaburi dengan batu permata
disetiap penjurunya. Dia bertekad akan memindahkan warga Arab ke sana, bukan ke
Ka’bah lagi. Dia menyerukan hal itu didaerah kekuasaannya. Timbullah kebencian
dihati warga Adna dan Qahtan. Bahkan, warga Quraisy sangat murka. Sampai-sampai
salah seorang dari mereka pergi kesana dan masuk kedalam gereja di malam hari,
lalu membuat kerusuhan di dalamnya. Lalu dia kembali pulang. Hal itu diketahui
oleh Abrahah. Kemudian dia bersumpah akan pergi menuju Baitullah di Mekah dan akan merobohkannya menjadi
berkeping-keping. Sedangkan menurut riwayat Muqatil bin Sulaiman menyebutkan
bahwa ada seorang pemuda Quraisy masuk kedalam gereja itu, lalu membakarnya.
Padahal waktu itu angin sangat hebat sekali. Lalu terbakarlah gereja besar itu
dan roboh ke tanah.
Selanjudnya, Abrahah pergi dengan membawa bala tentara yang
sangat banyak dan kuat. Ikut pula bersamanya seekor gajah yang sangat besar
badannya, namanya Mahmud. Warga Arab berpandangan bahwa mereka harus
mempertahankan Ka’bah. Keluarlah Dzu Nafar bersama kaumnya. Dia adalah salah
seorang pemuka dan raja Quraisy. Akan tetapi, dengan begitu mudah dihancurkan
dan ditawan oleh Abrahah. Demikian pula halnya Nufail bin Habib al-Khats’ami,
dia ikut menghalangi gerakan Abrahah bersama kaumnya selama dua bulan terus
menerus. Akan tetapi, mereka pun dikalahkan oleh Abrahah. Dia menawan Nufail,
serta hendak membunuhnya, akan tetapi dimaafkan dan ditugaskan sebagai penunjuk
jalan ke negeri Hijaz.
Ketika mereka melewati kota Thaif, penduduk malah bersikap
ramah dan ikut mengirimkan Abu Ragal sebagai penunjuk arah. Sedangkan, ketika
Abrahah dan bala tentaranya sampai di
kota al-Mughammas, yaitu suatu tempat yang berdekatan dengan kota Mekah, Abrahah
turun. Balatentaranya merampas harta kekayaan warga Mekah, yang terdiri dari
unta-unta dan lain sebagainya. Kemudian mereka merampasnya dan diantara harta
rampasan itu terdapat 200 ekor unta milik Abdul Muthalib. Lalu, Abrahah
mengutus Hanathah al- Himyari dan memerintahkan kepadanya agar menangkap warga
Quraisy yang paling terhormat untuk menghadap kepadanya dan memberitahukan
kepada mereka bahwa balatentara Abrahah tidak datang untuk memerangi mereka
kecuali bila mereka menghalangi. Hanathah pun datang membawa Abdul Muthalib.
Abrahah menghormatinya dan turun dari kursinya, lalu duduk bersama diatas
permadani. Dan bertanya kepadanya-melalui penerjemah-tentang keinginannya.
Abdul Muthalib menjawab,” Aku hanya ingin anda memgembalikan 200 ekor unta
kepunyaanku”. Abrahah berkata,” Aku sangat heran dengan pandangan mu ini. Dan
perkataanmu itu telah membuatku antipati kepada mu. Apakah engkau mengajak aku
membicarakan 200 ekor unta milikmu yang telah aku ambil dan engkau lupakan
rumah yang merupakan simbol agamamu dan agama nenek moyangmu, padahal aku
datang untuk menghancurkannya dan engkau tidak membicarakan hal itu dengan ku?
Abdul Muthalib menjawab,” Sesungguhnya aku adalah pemilik unta-unta itu.
Sedangkan rumah itu ada yang memilikinya. Dan Dia sendiri yang akan
mempertahankannya.” Abrahah berkata,” Dia tidak akan sanggup menghalangi aku”.
Kata Abdul Muthalib,” Kamu akan berurusan dengan Dia.” Setelah itu, Abrahah pun
mengembalikan unta-unta tadi kepada Abdul Muthalib.
Kemudian dia pulang menemui warga Quraisy dan memerintahkan
mereka untuk berlindung dipuncak-puncak gunung Mekah, sebab khawatir mereka
ditimpa amukan bala tentara Abrahah. Selanjutnya, dia berdiri dengan beberapa warga Quraisy, berdoa
kepada Allah. Abdul Muthalib memegang pintu Ka’bah dan berkata,” Tidak ada
kesedihan. Sesungguhnya seseorang telah mempertahankan miliknya. Maka
pertahankanlah milik-Mu. Kekuatan dan muslihat mereka selamanya tidak akan
pernah memgalahkan muslihat Engkau”.
Ketika Abrahah mempersiapkan gajahnya dan mengarahkkan ke
kota Mekah, datanglah Nufail bin Habib dan berdiri disaping gajah itu. Lalu
memegang telinganya sambil mengatakan:”Mogoglah, hai Mahmud! Kembalilah dengan
benar ke tempat dari mana kamu datang. Sebab, kamu kini berada di negeri Allah
yang haram”. Kemudian dia pun melepaskan
telinganya. Tidak lama kemudian gajah itu pun mogog. Nufail segera pergi
dan berlari kencang hingga tiba di puncak gunung dan menyatu dengan warga
Quraisy.
Adapun tentara bergajah, mereka memukuli gajah agar berdiri,
namun dia tetap tidak mau. Tidaklah mereka mengarahkan gajah ke arah yang mana saja melainkan gajah itu
pergi. Akan tetapi bila di arahkan ke Baitullah yang mulia, gajah pun mogok.
Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang
berbondong-bondong yang melempari mereka
dengan batu dari sijil. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Ubaid bin Umair
berkata,”Ketika Allah hendak membinasakan bala tentara bergajah, Dia mengutus
sekawanan burung kepada mereka yang bermunculan dari lautan seperti
burung-burung penyambar. Setiap burung membawa tiga buah batu. Dua batu di kedua
kakinya dan satu lagi di paruhnya. Burung-burung itu datang tepat di atas
kepala-kepala tentara bergajah, kemudian bersuara dan melemparkan bebatuan yang
dikedua kaki dan paruhnya itu. Ketika itu, tidak ada satu batu pun yang menimpa
kepala seseorang melainkan batu itu akan keluar dari duburnya. Dan tidak ada
satu pun dari batu itu yang menimpa anggota tubuh seseorang melainkan akan
keluar dari sisi yang sebelahnya.
Demikian dahsyatnya azab Allah yang menimpa bala tentara
Abrahah. Sedangkan Abdul Muthalib dan warga Quraisy, juga ikut pula bersama
mereka Nufail al-Khats’ami, Math’am bin Adiy, Umar bin “Aidz al-Makhzumi,
Mas’ud bin Amr ats-Tsaqafi, melihat di atas Gua Hira apa yang dilakukan oleh
bala tentara Habasyah dan siksa yang ditimpakan oleh Allah Ta’ala terhadap
tentara bergajah tersebut. Ketika itulah Nufail mengatakan:
Tiada tempat berlari, bila Tuhan yang mengejar.
Dan Asyramlah yang kalah, bukan yang menang.
Muqatil bin Sulaiman menyebutkan bahwa orang-orang Quraisy
mendapatkan harta yang melimpah ruah yang dirampas dari mereka dan dari apa
yang mereka bawa. Sedangkan Abdul Muthalib sendiri mendapatkan emas sepenuh
lubang.
Atha’ bin Yasar mengatakan tidak semuanya terkena siksa pada
saat genting tersebut. Diantara mereka ada yang langsung mati dan ada yang berjatuhan daging-dagingnya,
sepotong demi sepotong. Dan mereka itu adalah bala tentara yang melarikan diri.
(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar