Ada banyak masalah yang dihadapi negeri ini. Ada banyak pula
tanggapan tentang masalah tersebut. Satu persoalan belum menemukan jalan
keluar, sudah timbul lagi masalah baru. Tanggapan tentang masalah pertama
berhenti dengan sendirinya, walaupun belum ada jalan keluar terbaik.
Ramai-ramai memperbincangkan masalah baru. Belum selesai, ada lagi masalah
baru. Ramai-ramai lagi. Fenomena ini sebenarnya sudah cukup lama berlangsung.
Sejak negeri ini membuka kesempatan untuk berbeda pendapat.
Ketika masih aktif dulu, jika diminta berbicara didalam suatu
forum dialog, saya selalu mengemukakan pendapat bahwa dialog ini tidak akan
menyelesaikan masalah. Salah-salah, menambah masalah. Tetapi, dengan ikut
membicarakan sesuatu tentang negeri ini berarti sudah “turut serta”. Tentu
saja, turut serta membicarakan berbagai hal tentang negeri ini bukan aktivitas
buruk. Apalagi pembicaraan itu dikemas dalam forum resmi. (Dananya juga resmi)
Mengingat masalah dinegeri ini tidak mudah diatasi walaupun
banyak pihak turut serta mengusahakannya-paling tidak, turut serta
membicarakannya- mungkin ada baiknya kita belajar dari seorang anak yang berhasil
menemukan sebuah arloji. Arloji itu hilang ditumpukan serbuk kayu. Kisah ini
saya temukan di dalam bulletin “Tafakuran” Bandung, edisi 31 Juli 2009.
Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja,
secara tak sengaja arlojinya terjatuh dan terbenan diantara tingginya tumpukan
serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama.
Ia amat mencintai orloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk
menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh menyalahkan keteledoran diri
sendiri si tukang kayu itu membongkar
tumbukan serbuk yang tinggi itu.
Teman-teman pekerja yang lain, juga turut membantu mencarinya.
Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tidak ditemukan. Tibalah saat
makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut kehilangan semangat dan
dengan lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu, seorang anak yang
sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan
serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari.
Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji
kesayangan si tukang kayu. Tentu si tukang kayu amat gembira. Namun ia juga
heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk tetapi
sia-sia. Si anak ini hanya seorang diri saja dan berhasil menemukan arloji itu.
“Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?”: Tanya si
tukang kayu. “Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu
saya bisa mendengar bunyi ‘tik-tak, tik-tak...’.Dengan demikian saya tahu
dimana arloji itu berada”. Jawab anak itu. Begitulah kisahnya.
Mungkin, kita harus belajar dari si anak tersebut. Dengan
ketenangan, berhasil menyelesaikan suatu masalah. Dengan ketenangan, berhasil
menemukan barang berharga yang hilang. Keberhasilan itu tidak diperoleh dengan
ramai-ramai. Boleh jadi, sudah saatnya kita sama-sama menahan diri dari
meramai-ramaikan suatu masalah. Banyak sudah yang hilang dari negeri ini.
Pekanbaru, September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar