Rabu, 16 Oktober 2013

Kisah Tukang Kayu Dan Arloji (Nilai Sebuah Ketenangan)


Ada banyak masalah yang dihadapi negeri ini. Ada banyak pula tanggapan tentang masalah tersebut. Satu persoalan belum menemukan jalan keluar, sudah timbul lagi masalah baru. Tanggapan tentang masalah pertama berhenti dengan sendirinya, walaupun belum ada jalan keluar terbaik. Ramai-ramai memperbincangkan masalah baru. Belum selesai, ada lagi masalah baru. Ramai-ramai lagi. Fenomena ini sebenarnya sudah cukup lama berlangsung. Sejak negeri ini membuka kesempatan untuk berbeda pendapat. 

Ketika masih aktif dulu, jika diminta berbicara didalam suatu forum dialog, saya selalu mengemukakan pendapat bahwa dialog ini tidak akan menyelesaikan masalah. Salah-salah, menambah masalah. Tetapi, dengan ikut membicarakan sesuatu tentang negeri ini berarti sudah “turut serta”. Tentu saja, turut serta membicarakan berbagai hal tentang negeri ini bukan aktivitas buruk. Apalagi pembicaraan itu dikemas dalam forum resmi. (Dananya juga resmi)


Mengingat masalah dinegeri ini tidak mudah diatasi walaupun banyak pihak turut serta mengusahakannya-paling tidak, turut serta membicarakannya- mungkin ada baiknya kita belajar dari seorang anak yang berhasil menemukan sebuah arloji. Arloji itu hilang ditumpukan serbuk kayu. Kisah ini saya temukan di dalam bulletin “Tafakuran” Bandung, edisi 31 Juli 2009. 

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak sengaja arlojinya terjatuh dan terbenan diantara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai orloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh menyalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu  itu membongkar tumbukan serbuk yang tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain, juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tidak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut kehilangan semangat dan dengan lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu, seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari.

Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu. Tentu si tukang kayu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk tetapi sia-sia. Si anak ini hanya seorang diri saja dan berhasil menemukan arloji itu.
“Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?”: Tanya si tukang kayu. “Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi ‘tik-tak, tik-tak...’.Dengan demikian saya tahu dimana arloji itu berada”. Jawab anak itu. Begitulah kisahnya.

Mungkin, kita harus belajar dari si anak tersebut. Dengan ketenangan, berhasil menyelesaikan suatu masalah. Dengan ketenangan, berhasil menemukan barang berharga yang hilang. Keberhasilan itu tidak diperoleh dengan ramai-ramai. Boleh jadi, sudah saatnya kita sama-sama menahan diri dari meramai-ramaikan suatu masalah. Banyak sudah yang hilang dari negeri ini.
Pekanbaru, September 2013

Tidak ada komentar: