Suatu petang, ketika hendak pulang kerumah, saya melihat
seekor kalong terbang tinggi melintas. Hanya seekor. Tetapi cukup menarik
perhatian. Sudah beberapa tahun belakangan ini saya tidak melihat kalong. Saya berhenti dan terus memperhatikan kalong
itu sampai hilang dari penglihatan. Saya teringat pada suatu masa dulu, ratusan
kalong melintas di sekitar tempat tinggal kami. Kalong-kalong itu menjadi
pemandangan menarik. Apalagi disuasana
petang menjelang malam. Sebuah pemandangan indah ketika ratusan kalong terbang
dengan latar belakang langit yang memerah.
Dulu melintasnya ratusan kalong, merupakan pertanda bahwa
sudah tiba musim buah-buahan, terutama rambutan. Tempat tinggal kami di
bahagian timur kota ini. Sedangkan sentra perkebunan buah-buahan terdapat
dibahagian barat kota. Dikala itu, buah rambutan yang mulai matang tidak hanya
menarik perhatian manusia, tetapi juga kalong. Disadari atau tidak, pemilik
kebun dan penikmat buah rambutan, berbagi dengan kalong. Terkadang, pada pagi
harinya, masih terlihat beberapa ekor kalong terbang melintas kearah timur. Boleh
jadi, kalong-kalong ini kesiangan karena asik menikmati buah rambutan.
Setelah lama merantau, saya kembali kekota ini. Sangat banyak
perubahannya. Musim rambutan masih ada setiap tahun. Tetapi, tidak ada lagi
kalong yang melintasi kediaman kami. Mungkin kebun rambutan itu tinggal
sedikit. Atau kalongnya sudah hampir punah. Ini semua adalah ulah manusia.
Manusia membutuhkan tempat kediaman berupa rumah dari beton,
kayu dan baja. Manusia juga membutuhkan fasilitas umum. Semakin banyak tempat
kediaman dan fasilitas umum, semakin
berkurang pula pepohonan, termasuk pohon buah-buahan. Sementara kalong sulit
hidup tanpa pepohonan dan buah-buahan.
Disadari atau tidak, banyak yang hilang dari kehidupan kita. Musim
rambutan akan datang setiap tahun. Pemilik kebun dan penikmat buah rambutan
dapat menikmati manisnya rambutan tanpa harus berbagi lagi dengan kalong. Saya
bersyukur pernah menikmati pemandangan indah di langit kota ini. Ratusan kalong
di musim rambutan.
(Pekanbaru, Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar