Alangkah beruntungnya orang-orang yang tidak disiksa oleh
kerinduan untuk dipuji dan dihormati oleh orang lain. Karena ternyata kalau
kita mau jujur, kita akan sengsara karena terlalu banyak memikirkan penilaian
orang lain kepada kita. Jika perkara duniawi dan ukhrawi dilakukan hanya untuk
mendapatkan pujian, penghormatan dan penilaian manusia, maka sesungguhnya kita
telah diserang penyakit riya’.
Nikmatnya beramal terletak pada keikhlasan kita untuk
melakukannya. Kita tidak akan pernah letih untuk beramal jika niat kita ikhlas.
Itulah yang selalu dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita
tidak perlu pusing memikirkan dan berharap penilaian baik dari makhluk Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjaga niatnya, tampak ataupun
tidak, semua amal yang dilakukannya semata-mata karena Allah SWT.
Memang kita tidak boleh melakukan riya’, tapi bukan berarti
semua amal yang kita lakukan harus bersifat tersembunyi dari pandangan manusia.
Karena, kalau kita lihat perilaku Rasulullah hallallahu ‘alaihi wa sallam,
tidak semua amalnya itu tersembunyi, bahkan sebagian amalnya diperlihatkan.
Riya itu ada kaitan langsung dengan masalah niat, sedangkan
niat adalah urusan hati. Kemudian dari niat itu akan terwujud sebuah amal
perbuatan. Oleh karena itu, riya atau tidaknya seseorang hanya bisa kita
ketahui sebatas perilaku yang terlihat saja, sedangkan masalah hati, siapa yang
tahu? Hanya Allah lah yang berhak menghakimi seseorang bahwa didalam hatinya telah bercokol niat
yang tidak ikhlas.
Sebetulnya, walaupun kita telah menyembunyikan amal agar
tidak terlihat orang lain, hal itu juga belum berarti kita telah ikhlas.
Hati-hatilah, siapa tahu suatu saat hal itu menimpa kita sehingga kita termasuk
orang yang ujub, orang yang merasa kagum terhadap dirinya sendiri walaupun
sebenarnya orang lain tidak tahu.
( Sumber: KH. Abdullah Gymnastiar, Mengatasi
Penyakit Hati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar