Ada tiga orang berkelana berkuda A, B dan C, ketiganya masuk
kedalam hutan. Lalu beristirahat dan ketiganya tertidur pulas. Sesaat kemudian,
kudanya secara kompak kabur semua. Ketika terbangun, tentu saja ketiga
pengelana ini pun kompak pula merasa kaget, sedih dan risau. Namun dari
kejauhan sana dengan menggunakan teropong, sang raja mengetahui kejadian ini,
lalu sang raja yang bijaksana ini segera mengutus para pengawal untuk
memberikan kuda pengganti yang lebih bagus serta lengkap dengan segala perbekalannya.
Ketika utusan sang raja sampai kepada pengelana A, dan segera
memberikan kuda titipan raja, si A ini begitu senang dan terpesona dengan
keelokan kuda juga kelengkapan perbekalannya sehingga saking gembira dan
senangnya sampai lupa menanyakan kuda milik siapa, untuk apa, dan buat siapa.
Seakan sudah terbuai habis pikiran dan waktunya oleh pesona kehadiran kuda,
yang nyata-nyata bukan miliknya.
Sikap si B lain lagi ketika menerima kuda dari pengawal. Dia
kaget dan bahagia tapi tetap bertanya, ini kuda bagus milik siapa. Ketika
diberitahu dari sang raja, bertambahlah kegembiraannya serta berucap terima
kasih dan salam untuk sang raja.
Si C sangat lain sikapnya ketika pengawal memberi kuda,
karena merasa kuda ini bukan miliknya seraya bertanya ini kuda milik siapa dan
untuk apa dikirimkan kepada saya. Setelah mendapat jawaban ini kuda milik raja
dan sengaja dikirimkan agar mempermudah anda untuk dekat dengan raja, maka
melonjaklah kebahagiaannya, bukan karena indahnya dan bagusnya kuda, tetapi
karena manfaat kuda ini yang bisa membuatnya mudah mendekat dan akrab dengan
sang raja yang bijak dan sangat di hormati.
Kisah ini saya kutip dari buku ” Syukur Pengundang Nikmat,
KH. Abdullah Gimnastiar” yang merupakan kutipan bebas dari karya Imam Ghazali.
Kisah tersebut memberikan gambaran tentang sikap manusia ketika mendapatkan
sesuatu. Boleh jadi, kita termasuk kedalam salah satu kelompok pengelana itu.
Dalam kehidupan ini, tentu saja kita pernah, sedang ataupun
akan menerima sesuatu yang berharga. Sebagai manusia, sudah selayaknya sikap
terbaik yang patut selalu dipegang adalah sikap si C. Karena, apapun yang kita
dapatkan dalam hidup ini adalah pemberian Yang Maha Berkuasa. Bersyukur atas
pemberian-Nya dan berbahagia ketika berpeluang mendekatkan diri kepada-Nya.
(Pekanbaru, September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar