Rabu, 19 September 2012

Kisah Pengelana Dan Mensikapi Pemberian


Ada tiga orang berkelana berkuda A, B dan C, ketiganya masuk kedalam hutan. Lalu beristirahat dan ketiganya tertidur pulas. Sesaat kemudian, kudanya secara kompak kabur semua. Ketika terbangun, tentu saja ketiga pengelana ini pun kompak pula merasa kaget, sedih dan risau. Namun dari kejauhan sana dengan menggunakan teropong, sang raja mengetahui kejadian ini, lalu sang raja yang bijaksana ini segera mengutus para pengawal untuk memberikan kuda pengganti yang lebih bagus serta lengkap  dengan segala perbekalannya.


Ketika utusan sang raja sampai kepada pengelana A, dan segera memberikan kuda titipan raja, si A ini begitu senang dan terpesona dengan keelokan kuda juga kelengkapan perbekalannya sehingga saking gembira dan senangnya sampai lupa menanyakan kuda milik siapa, untuk apa, dan buat siapa. Seakan sudah terbuai habis pikiran dan waktunya oleh pesona kehadiran kuda, yang nyata-nyata bukan miliknya.
Sikap si B lain lagi ketika menerima kuda dari pengawal. Dia kaget dan bahagia tapi tetap bertanya, ini kuda bagus milik siapa. Ketika diberitahu dari sang raja, bertambahlah kegembiraannya serta berucap terima kasih dan salam untuk sang raja.

Si C sangat lain sikapnya ketika pengawal memberi kuda, karena merasa kuda ini bukan miliknya seraya bertanya ini kuda milik siapa dan untuk apa dikirimkan kepada saya. Setelah mendapat jawaban ini kuda milik raja dan sengaja dikirimkan agar mempermudah anda untuk dekat dengan raja, maka melonjaklah kebahagiaannya, bukan karena indahnya dan bagusnya kuda, tetapi karena manfaat kuda ini yang bisa membuatnya mudah mendekat dan akrab dengan sang raja yang bijak dan sangat di hormati.

Kisah ini saya kutip dari buku ” Syukur Pengundang Nikmat, KH. Abdullah Gimnastiar” yang merupakan kutipan bebas dari karya Imam Ghazali. Kisah tersebut memberikan gambaran tentang sikap manusia ketika mendapatkan sesuatu. Boleh jadi, kita termasuk kedalam salah satu kelompok pengelana itu.

Dalam kehidupan ini, tentu saja kita pernah, sedang ataupun akan menerima sesuatu yang berharga. Sebagai manusia, sudah selayaknya sikap terbaik yang patut selalu dipegang adalah sikap si C. Karena, apapun yang kita dapatkan dalam hidup ini adalah pemberian Yang Maha Berkuasa. Bersyukur atas pemberian-Nya dan berbahagia ketika berpeluang mendekatkan diri kepada-Nya.
(Pekanbaru, September 2012)



Tidak ada komentar: