Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.
Ungkapan ini sangat relevan dengan pengalaman saya. Dulu, salah satu yang
selalu saya coba hindari adalah mendengarkan pidato. Apalagi berpidato. Tetapi,
pada akhirnya sebagian besar masa tugas saya berisi pidato. Mendengarkan pidato
dan berpidato.
Selesai sekolah, saya tidak memiliki banyak kesempatan untuk
memilih pekerjaan. Setelah satu tahun menganggur, saya diterima bekerja pada
sebuah institusi pemerintah. Selama kurang lebih 7 tahun saya berusaha
menghindar dari berpidato. Padahal, institusi tempat saya bekerja dikenal
sebagai tempat bekerjanya orang-orang yang biasa berpidato. Tugas pokok
insitusi ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat. Waktu itu media
yang paling banyak digunakan adalah pidato. Sebelum diterima bekerja di
institusi tersebut, saya telah menjalani tes dan kemudian mendapatkan
pendidikan dasar tentang pidato dan media massa. Jadi, teori berpidato sudah
saya miliki.
Penghindaran itu, sebenarnya merupakan sebuah ketidak
nyamanan karena harus selalu menghindar
dari permintaan untuk berpidato atau sebagai pembawa acara. Setiap kali
menghadiri kegiatan/acara di lingkungan masyarakat, saya selalu diminta
berpidato. Entah itu mewakili tuan rumah, sebagai panitia dan sebagainya. Semua
permintaan itu saya tolak. Alasan sesungguhnya adalah saya memang tidak suka
berpidato dan belum punya keberanian mencoba. Pidato selalu menghantui saya
setiap kali hadir dalam kegiatan.
Seringnya permintaan untuk berpidato itu, akhirnya membuat
saya berfikir panjang. Berapa lama saya harus menolak. Berapa lama saya harus
“tersiksa” setiap kali ikut dalam sebuah kegiatan hanya karena pidato.
Suatu ketika, seorang kerabat mendatangi saya dan menyodorkan
sebuah jadwal kegiatan. Jadwal itu sudah ditanda tangani oleh pejabat setempat.
Menurut jadwal, saya dan kerabat saya itu harus mengisi ceramah 2 jam sehari
selama 3 hari. Awalnya ada rasa kesal terhadap perbuatan kerabat itu.
Memasukkan nama saya dalam sebuah kegiatan tanpa memberi tahu terlebih dahulu.
Namun, motivasi yang diberikan kerabat itu membuat keberanian saya muncul.
Hari pertama kegiatan, saya minta giliran pertama. Kerabat
saya ini sudah biasa berpidato. Saya hanya bisa mengisi sekitar 15 menit. Waktu
yang tersisa diisi oleh kerabat tersebut. Hari kedua, kerabat saya ini tidak
bisa hadir karena ada kegiatan lain. Berarti saya harus berpidato selama dua
jam penuh. Sebuah tantangan yang tidak mudah. Dengan kemampuan penuh, akhirnya
selesai juga tugas itu.
Ketika saya keluar ruangan, kerabat saya ada disana. “
Bisakan”, katanya. Ternyata dia ada disana, tetapi sengaja membiarkan saya
sendirian berpidato selama dua jam. Dia tidak tahu bahwa waktu dua jam itu saya
rasakan sangat lama. Berkali-kali melirik jam dinding. Waktu terasa berjalan
sangat lambat. Pengalaman tak terlupakan.
Sejak saat itu, kesempatan berpidato selalu datang dan saya berusaha melawan keinginan untuk
menolaknya. Seiring berjalannya waktu dan seringnya berpidato, akhirnya saya
menjadi terbiasa dengan pidato. Tidak hanya dua jam, pidato selama 7 jam dalam
sehari pernah saya lakoni lebih dari sekali. Kurang lebih 20 tahun saya menjadi
tukang pidato. Saya tidak tahu apakah karena pidato saya bagus atau panitia
tidak mempunyai banyak pilihan, maka selalu “dipakai”. Tambahan penghasilan
dari berpidato itu cukup signifikan. Bahkan, saya perkesempatan mengajar di dua
perguruan tinggi swasta. Padahal menjadi guru bukanlah cita-cita.
Dapat mengungkapkan pemikiran dan menanggapi pendapat orang
lain dalam forum resmi, menjadi salah satu faktor pendukung karier saya.
Akrablah saya dengan seminar, lokakarya, workshop, sarasehan, rapat kerja dan
sejenisnya. Banyak kota dan desa saya
kunjungi untuk mengikuti kegiatan yang berisi pidato. Sambil melaksanakan
tugas, hobby pun tersalurkan. Berjalan-jalan mengunjungi berbagai tempat adalah
hobby utama saya. Pidato yang tidak saya
sukai, ternyata memberi banyak kesempatan untuk memenuhi kegemaran
berjalan-jalan.
Berdasarkan pengalaman ini, ada yang ingin saya bagikan. Boleh saja kita
memiliki pekerjaan yang tidak sejalan
dengan harapan dan keinginan. Namun, menghindar dari tugas bukanlah tindakan
bijak. Kerjakan dengan sungguh-sungguh, hadirkan hati dan pikiran, kelak akan
memperoleh kepuasan tersendiri. Tidak semua yang tidak kita inginkan itu, tidak
baik buat kita.
Pekanbaru, Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar