Rabu, 23 Mei 2012

Melakukan Pekerjaan Yang Tidak Disukai


Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Ungkapan ini sangat relevan dengan pengalaman saya. Dulu, salah satu yang selalu saya coba hindari adalah mendengarkan pidato. Apalagi berpidato. Tetapi, pada akhirnya sebagian besar masa tugas saya berisi pidato. Mendengarkan pidato dan berpidato.

Selesai sekolah, saya tidak memiliki banyak kesempatan untuk memilih pekerjaan. Setelah satu tahun menganggur, saya diterima bekerja pada sebuah institusi pemerintah. Selama kurang lebih 7 tahun saya berusaha menghindar dari berpidato. Padahal, institusi tempat saya bekerja dikenal sebagai tempat bekerjanya orang-orang yang biasa berpidato. Tugas pokok insitusi ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat. Waktu itu media yang paling banyak digunakan adalah pidato. Sebelum diterima bekerja di institusi tersebut, saya telah menjalani tes dan kemudian mendapatkan pendidikan dasar tentang pidato dan media massa. Jadi, teori berpidato sudah saya miliki.


Penghindaran itu, sebenarnya merupakan sebuah ketidak nyamanan karena  harus selalu menghindar dari permintaan untuk berpidato atau sebagai pembawa acara. Setiap kali menghadiri kegiatan/acara di lingkungan masyarakat, saya selalu diminta berpidato. Entah itu mewakili tuan rumah, sebagai panitia dan sebagainya. Semua permintaan itu saya tolak. Alasan sesungguhnya adalah saya memang tidak suka berpidato dan belum punya keberanian mencoba. Pidato selalu menghantui saya setiap kali hadir dalam kegiatan.

Seringnya permintaan untuk berpidato itu, akhirnya membuat saya berfikir panjang. Berapa lama saya harus menolak. Berapa lama saya harus “tersiksa” setiap kali ikut dalam sebuah kegiatan hanya karena pidato.

Suatu ketika, seorang kerabat mendatangi saya dan menyodorkan sebuah jadwal kegiatan. Jadwal itu sudah ditanda tangani oleh pejabat setempat. Menurut jadwal, saya dan kerabat saya itu harus mengisi ceramah 2 jam sehari selama 3 hari. Awalnya ada rasa kesal terhadap perbuatan kerabat itu. Memasukkan nama saya dalam sebuah kegiatan tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Namun, motivasi yang diberikan kerabat itu membuat keberanian saya muncul.

Hari pertama kegiatan, saya minta giliran pertama. Kerabat saya ini sudah biasa berpidato. Saya hanya bisa mengisi sekitar 15 menit. Waktu yang tersisa diisi oleh kerabat tersebut. Hari kedua, kerabat saya ini tidak bisa hadir karena ada kegiatan lain. Berarti saya harus berpidato selama dua jam penuh. Sebuah tantangan yang tidak mudah. Dengan kemampuan penuh, akhirnya selesai juga tugas itu.

Ketika saya keluar ruangan, kerabat saya ada disana. “ Bisakan”, katanya. Ternyata dia ada disana, tetapi sengaja membiarkan saya sendirian berpidato selama dua jam. Dia tidak tahu bahwa waktu dua jam itu saya rasakan sangat lama. Berkali-kali melirik jam dinding. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Pengalaman tak terlupakan.

Sejak saat itu, kesempatan berpidato selalu datang dan  saya berusaha melawan keinginan untuk menolaknya. Seiring berjalannya waktu dan seringnya berpidato, akhirnya saya menjadi terbiasa dengan pidato. Tidak hanya dua jam, pidato selama 7 jam dalam sehari pernah saya lakoni lebih dari sekali. Kurang lebih 20 tahun saya menjadi tukang pidato. Saya tidak tahu apakah karena pidato saya bagus atau panitia tidak mempunyai banyak pilihan, maka selalu “dipakai”. Tambahan penghasilan dari berpidato itu cukup signifikan. Bahkan, saya perkesempatan mengajar di dua perguruan tinggi swasta. Padahal menjadi guru bukanlah cita-cita.

Dapat mengungkapkan pemikiran dan menanggapi pendapat orang lain dalam forum resmi, menjadi salah satu faktor pendukung karier saya. Akrablah saya dengan seminar, lokakarya, workshop, sarasehan, rapat kerja dan sejenisnya. Banyak kota dan desa  saya kunjungi untuk mengikuti kegiatan yang berisi pidato. Sambil melaksanakan tugas, hobby pun tersalurkan. Berjalan-jalan mengunjungi berbagai tempat adalah hobby utama saya. Pidato yang  tidak saya sukai, ternyata memberi banyak kesempatan untuk memenuhi kegemaran berjalan-jalan.

Berdasarkan pengalaman ini, ada  yang ingin saya bagikan. Boleh saja kita memiliki pekerjaan  yang tidak sejalan dengan harapan dan keinginan. Namun, menghindar dari tugas bukanlah tindakan bijak. Kerjakan dengan sungguh-sungguh, hadirkan hati dan pikiran, kelak akan memperoleh kepuasan tersendiri. Tidak semua yang tidak kita inginkan itu, tidak baik buat kita.

Pekanbaru, Mei 2012

Tidak ada komentar: