Suatu ketika di bulan Ramadhan, datanglah seseorang kerumah kami. Dia menawarkan jasa untuk menggali sumur. Dia menyebutkan biaya permeternya. Karena merasa belum perlu benar dan terbatasnya keuangan, kami menolak dengan halus. Keesokan harinya dia datang lagi. Kali ini dengan tambahan informasi, bahwa anaknya sudah minta baju baru. Dia bingung mau kerja apa lagi.
Melihat kondisi ini, setelah bermusyawarah, kami sepakat mengurangi anggaran hari raya yang relatif terbatas. Kami berikan uang kepadanya sejumlah untuk menggali dua meter. Terlihat sekali dia begitu gembira dan minta izin pulang dulu. Besok akan mulai bekerja.
Esok harinya dia datang bersama seorang teman, lengkap dengan peralatannya. Sumur kami itu, dalamnya sekitar 5 meter, dibawahnya terdiri dari batu yang cukup keras. Sehingga sulit untuk diperdalam. Namun, airnya masih mencukupi buat kebutuhan sehari-hari. Dimusim kemarau, memang perlu lebih berhemat menggunakan air.
Setelah bekerja selama tiga hari dari pagi sampai sore, penggali sumur itu minta diri. Tidak sanggup lagi meneruskan pekerjaannya. Padahal yang dikerjakannya baru sekitar setengah meter. Kami, izinkan saja. Walaupun secara hitung-hitungan masih ada pekerjaan satu setengah meter lagi. Sejak saat itu, jika ada pekerjaan disekitar tempat tinggal kami, dia selalu singgah kerumah untuk bersilaturrahmi.
Hingga hari ini, sumur tersebut belum pernah mengalami kekeringan. Walaupun sumur-sumur disekitar sudah mengering dimusim kemarau. Bahkan, suatu ketika dirumah ada hajatan pernikahan dengan sekitar 300 undangan, air sumur itu mencukupi untuk semua keperluan, termasuk untuk masak dan mencuci piring. Ternyata ikhlas itu indah. Alhamdulillah...
Pekanbaru, 27 Nopember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar