Kamis, 01 Desember 2011

Menggunakan Bis Antar Kota Antar Propinsi (Ikhlas Itu Indah)


Suatu ketika dulu, saya menaiki bis antar kota antar propinsi dari Kiliran Jao (Sumatera Barat) menuju Jakarta.  Bis ini kondisinya cukup baik dan ketika saya naik, masih ada beberapa bangku kosong. Saya merasa nyaman.


Namun, kenyamanan itu tidak berlangsung lama. Bis selalu saja berhenti dan menambah jumlah penumpang. Setelah bangku terisi penuh, ditambah lagi dengan bangku cadangan. Ruang ditengah-tengah bis yang digunakan untuk berjalan, akhirnya juga pebuh dengan bangku dan penumpang. Jadilah bis penuh sesak. Tidak ada lagi kenyamanan.
 

Rasa kesal dengan kondisi ini mengganggu saya sampai ke Jakarta. Sungguh pengalaman yang tidak enak. Perjalanan panjang, berisi ketidak nyamanan. Saya berjanji dalam hati, tidak akan pernah mau lagi menaiki bis tersebut.

Baru-baru ini, saya melakukan perjalan lagi menggunakan bis umum. Lama perjalanan sekitar 15 jam. Pada waktu berangkat, bis tidak penuh. Kondisi bis juga lumayan baik. Ada pendingin udara. Namun, bis selalu saja berhenti untuk mengambil penumpang. Pelan tapi pasti, bis akhirnya penuh. Termasuk juga di bangku cadangan.

Awalnya ada rasa kesal mengganggu. Saya teringat pengalaman dulu. Perjalanan panjang berisi ketidak nyamanan. Saya tidak ingin mengulanginya. Merobah keadaan, jelas tidak mungkin. Jalan terbaik, adalah menerima kenyataan.

Padatnya penumpang itu saya nikmati saja. Bahkan, kepada penumpang disebelah yang duduk dibangku cadangan, saya tawarkan untuk sama-sama memanfaatkan sandaran kursi. Bangku cadangan itu hanya berupa kotak persegi.

Ternyata dengan berbuat demikian, saya dapat menikmati perjalanan itu dengan nyaman-nyaman saja. Dari pengalaman ini, saya mendapat pengajaran, bahwa ikhlas itu indah. Hope for the best, prepare for the worst.
Pekanbaru, 28 Nopember 2011

Tidak ada komentar: