Ketika awal-awal berdomisili di kota Bandung, saya kesulitan mengenal wilayah dan rute angkot. Setiap ingin bepergian, saya selalu minta ditemani. Penasaran dengan kondisi ini, saya memutuskan untuk jalan kaki.
Setiap hari saya jalan kaki dari kediaman di kawasan Kiara Condong. Jika hari ini menuju Pusdai, besoknya ke Alun-alun. Besoknya lagi ke Buah Batu. Setelah mengenal suatu objek, saya naik angkot dulu, setelah itu jalan kaki lagi. Misalnya, saya naik angkot ke Pusdai, kemudian jalan kaki ke Dago. Besoknya naik angkot ke Dago, setelah itu jalan kaki ke BIP. Begitu seterusnya.
Sekitar dua minggu melakukan aktivitas ini, saya sudah mengenal banyak wilayah kota Bandung, termasuk rute angkot. Ternyata, hampir semua jalan dalam kota Bandung dilewati angkot. Bahkan, ada yang dilewati beberapa angkot dengan jurusan berbeda. Hal ini tentu merupakan kemudahan untuk berkeliling kota Bandung.
Suatu hari, ketika bangun subuh, lutut saya terasa nyeri. Ditekuk, lebih nyeri lagi. Besoknya, dengan menahan rasasakit dan diantar isteri, saya berobat ke rumah sakit. Setelah siperiksa, termasuk di sinar-X, menurut dokter, lutut saya mengalami pengapuran.
Ada beberapa cara pengobatan. Salah satu dengan penyuntikan. Biayanya sekitar Rp. 2 juta sekali suntik dan bertahan enam bulan. Ada juga fasilitas Askes. Saya mimilih cara ini. Tidak perlu keluar biaya, karena saya peserta Askes. Obat yang diberikan antara lain berupa penghilang rasa sakit dan vitamin. Disamping itu, diberikan juga terapi. Dokter menyarankan agar mengurangi jalan kaki dan menurunkan berat badan.
Setiap selesai shalat, saya selalu berdo’a. Salah satu do’a nya adalah minta kesembuhan kepada Allah SWT agar dapat shalat berjamaah di masjid. Setelah lebih kurang satu minggu shalat duduk atau berbaring dirumah, saya mencoba ke masjid walau masih terasa sedikit nyeri. Ternyata, saya dapat mengikuti shalat berjamaah. Sejak itu, saya selalu berusaha ke masjid.
Ada sekitar enam bulan saya rutin ke rumah sakit. Konsumsi vitamin selama itu pula. Sedangkan obat penghilang rasa sakit hanya ketika nyeri terasa mengganggu. Terapi sekitar tiga bulan. Sesuai dengan saran dokter, beberapa kali saya berenang. Dokter juga menyarankan agar saya berolah raga dengan sepeda statis. Tetapi, karena harga sepedanya lumayan mahal, tidak pernah saya gunakan. Jenuh selalu kerumah sakit dan merasa kondisi lutut sudah tidak mengganggu aktivitas, pengobatan saya hentikan.
Setelah enam bulan itu, kegemaran jalan kaki saya mulai kembali. Porsinya di kurangi. Pelan-pelan, porsi jalan kaki ini saya tambah. Tidak sampai setahun, saya sudah bisa lagi jalan kaki selama satu jam. Hanya, ketika menaiki tangga, kadang terasa sedikit nyeri di lutut. Rasa nyeri ini, pelan-pelan hilang juga. Akhirnya, aktivitas saya kembali seperti biasa. Sesuai dengan umur tentunya. Alhamdulillah...
Dari kisah ini, saya ingin berbagi. Bahwa, pengobatan itu hanya upaya. Penyembuhan adalah milik Allah SWT. Oleh sebab itu, berusaha sungguh-sungguh sesuai kemampuan perlu. Lebih perlu lagi berdo’a, meminta kepada Allah SWT. Insyaallah...
Pekanbaru, 27 Nopember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar