Hari itu, dengan menggunakan sepeda motor, saya dan isteri berkunjung ke Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu. Danau ini terletak dalam kota. Dipinggir danau disisi jalan raya, terdapat pondok-pondok tempat duduk-duduk. Lumayan nyaman juga duduk-duduk sambil memandangi air danau. Walaupun itu hari minggu, namun tidak terlihat pengunjung. Sepi-sepi saja.
Menurut informasi, Danau Dendam Tak Sudah, oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai kawasan cagar alam. Danau yang terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya ini telah mengalami beberapa kali perluasan area.
Pertama, tahun 1936, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan ini sebagai cagar alam melalui Stb 1936 No. 325 tanggal 17 Juni 1936 dengan luas 11,5 hektar. Kedua, tahun 1979, berdasarkan Surat Gubernur Bengkulu No. 1666/B4-1/1979 tanggal 15 Mei 1979, kawasan ini dipeluas menjadi 430 hektar. Ketiga, tahun 1999, melalui SK Menteri Kehutanan No. 420/Kpts-II/1999 tangal 15 Juni 1999, kawasan cagar alam Danau Dendam Tak Sudah bertambah luas menjadi 577 hektar.
Danau yang dikelilingi bukit-bukit berhutan ini merupakan habitat utama bagi tumbuhan endemic langka, yaitu anggrek pensil (Vanda hookeriana). Pada tahun 2003, Badan Koordinasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kota Bengkulu, menyebutkan ada lima fungsi utama yang diperankan oleh Danau Dendam tak Sudah, yaitu: (1) sebagai kawasan konservasi bagi keanekaragaman hayati; (2) sebagai sumber air yang digunakan untuk keperluan irigasi; (3) sebagai daerah cadangan air; (4) sebagai media pembelajaran alam untuk kepentingan ilmiah; dan (5) sebagai tempat rekreasi.
Di danau ini juga hidup beberapa jenis ikan langka yang berasal dari famili Anabantidae, yaitu Trichogaster trihopterus, Helstoma termminchi, Trichogaster pectoralis, Anabas testudieus, dan Polcampus hasselti, dari famili Bagridae yaitu Mystus sp, dan dari famili Cyprinidae yaitu Mystacoleucus marginatus dan Rasbora sumatranus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar