Suatu ketika dulu, saya mendaftarkan diri disebuah perguruan
tinggi. Setelah menyelesaikan administrasi, saya berkunjung ke ibu yang tinggal
dilain kota. Tujuannya, bersilaturrahim dan mohon doa.
Saya diterima dan memulai aktivitas perkuliahan. Terasa berat
karena kuliah sambil bekerja. Ditambah lagi masalah biaya. Hampir setiap akan
melakukan registrasi untuk semester berikutnya, saya berhutang.
Suatu ketika, saya benar-benar merasa kewalahan. Jenuh
belajar dan banyak persoalan. Ada keinginan untuk istirahat dulu. Namun,
setelah mendapat dorongan dari teman-teman, saya berusaha keras mengatasi
kejenuhan itu dan lanjut ke semester berikutnya. Akhirnya, sampai juga saya
dipenghujung masa pendidikan dan akan mengikuti ujian kesarjanaan.
Waktu itu, persiapan saya sangat minim. Ditambah lagi dengan
banyaknya persoalan pekerjaan dan keluarga. Dengan kondisi seperti itu, saya tetap
mengikuti ujian. Ujian dilakukan di kota lain. Setelah ujian selesai, saya
melupakan sementara urusan perkuliahan. Apapun hasilnya, saya ingin lepas dulu
dari beban pikiran.
Beberapa waktu kemudian, salah seorang teman berkunjung
kerumah. Teman ini salah satu peserta ujian bersama saya. Setelah bertanya
kabar masing-masing, teman ini bertanya, apakah saya sudah tahu hasil ujian.
Saya jawab, tidak tahu. Dengan serius dia mengabarkan bahwa yang lulus hanya
satu orang. Saya sempat terkejut dan kurang yakin ketika dia mengatakan, bahwa
yang satu orang itu adalah saya. Bagaimanapun, saya mengucapkan terimakasih
atas informasinya.
Setelah melakukan pengecekan, ternyata memang saya dinyatakan
lulus dan mendapat undangan untuk wisuda. Sebagai wujud ucapan terimakasih
kepada ibu, saya mengajaknya untuk menghadiri acara wisuda. Berkat doa ibu,
saya berhasil menyelesaikan kuliah tanpa penundaan. Terimakasih ibu.
Pekanbaru, Nopember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar