Tanggal 7 Januari 2014 menjelang magrib, dokter ahli penyakit
mata memberikan vonis bahwa mata saya yang kanan tidak bisa diobati. Vonis itu
diberikan setelah melakukan pemeriksaan
dengan seksama. Usaha pengobatan sangat berisiko dan hasilnya belum
tentu lebih baik dari kondisi sekarang. Menurunnya daya lihat mata kanan ini,
terjadi secara tiba-tiba. Dokter pun
tidak dapat memberikan jawaban yang tegas tentang penyebabnya.
Ada rasa kecewa, karena saya sangat berharap kondisi mata
saya dapat pulih kembali. Namun, kenyataan ini tidak dapat saya tolak.
Kekecewaan itu datang karena tidak ada lagi usaha yang bisa dilakukan.
Nasehat dokter untuk melupakan saja kondisi mata yang tidak
mungkin bisa diobati lagi, tentu tidak mudah untuk saya lakukan. Nasehatnya
yang lain:” Terimalah kenyataan ini, Allah mengambil sedikit-o,ooo ...% dari
nikmat yang diberikan-Nya”. Nasehat ini sangat menyentuh. Berapa banyak nikmat
Allah yang telah saya peroleh. Berapa banyak waktu yang sudah saya gunakan
untuk melihat dengan baik.
Ada pertanyaan yang mengganggu pikiran saya. Selama ini berapa
% saya menggunakan penglihatan untuk hal-hal yang di redhoi Allah dan berapa %
yang saya gunakan untuk melihat sesuatu yang haram.
Mudah-mudahan musibah ini membuat saya harus berhati-hati
dalam menggunakan mata kiri. Sudah waktunya semaksimal mungkin menggunakan
penglihatan untuk hal-hal yang dihalalkan. Dengan rasa syukur yang besar, saya
ucapkan didalam hati:” Terima kasih ya Allah, Engkau masih memberikan kepadaku
sebuah mata lagi yang dapat aku pergunakan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Entah sampai kapan. Hanya Engkau yang mengetahui. Terima kasih ya
Allah”. Syukur ini akan saya usahakan selalu ada didalam diri sambil terus
berdo’a. Tidak putus berharap akan pertolongan Allah Ta’ala.
Pekanbaru, 8 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar