Berhenti berfikir. Itulah jawaban saya ketika ditanyakan apakah yang akan dikerjakan setelah pensiun nanti. Isteri saya sedikit kaget mendengar jawaban ini. Namun, tidak mau komentar banyak. Sebab, kondisi waktu itu benar-benar menyita pikiran saya. Sangat banyak masalah yang perlu diselesaikan. Terutama berhubungan dengan pekerjaan kantor. Hari Jum’at selalu saya tunggu. Hari Jum’at merupakan hari terakhir untuk menghadapi banyak tekanan. Besoknya, Sabtu dan Minggu, libur. Saatnya terbebas dari berfikir. Dengan banyaknya beban pikiran itu, makanya saya ingin setelah pensiun berhenti berfikir.
Awal-awal pensiun, memang terasa lega. Terbebas dari segala macam beban pikiran. Namun, kenyamanan itu tidak berlangsung lama. Ternyata, berhenti berfikir itu tidak enak. Terasa hari-hari hanya buang-buang waktu. Lebih dari itu, ada perasaan bersalah. Badan sehat, otak sehat tetapi tidak berbuat apapun. Walaupun kewajiban terhadap diri dan keluarga relatif cukup secara finansial, rasa bersalah itu terus mengganggu.
Seiring dengan semakin besarnya rasa bersalah, muncul keinginan untuk berbuat yang bermanfaat. Keinginan ini juga semakin besar. Mau tidak mau, ada tekanan lagi dalam pikiran. Apa yang patut dilakukan? Tekanan ini terasa sangat mengganggu ketika bangun tidur di subuh hari.
Setelah berfikir panjang lebar dan berdiskusi dengan keluarga, akhirnya saya menemukan cara untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Hobbi membaca dan menulis perlu disalurkan melalui media. Berbekal sedikit pengetahuan/keterampilan di bidang teknologi informasi, saya mulai memanfaatkan internet untuk berdakwah.
Pelan-pelan, sedikit demi sedikit, rasa bersalah mulai hilang. Pelan-pelan juga, muncul di dalam diri bahwa hari-hari terasa bermanfaat. Bangun tidur, tidak ada lagi tekanan pikiran mau berbuat apa. Sebab, setiap pagi sudah ada pekerjaan menunggu. Yaitu, membaca dan menulis.
Melakukan aktivitas sesuai dengan kegemaran, ternyata sangat menyenangkan. Lebih daripada itu, ternyata kesenangan tidak selamanya identik dengan perolehan materi. Kebahagiaan justeru datang dengan memberi dan berbagi. Kebahagiaan itu memberi semangat untuk terus berbuat. Sebuah computer/laptop dan secangkir kopi hangat, menjadi sahabat karib saya hampir setiap hari. Aktivitas ini, berlangsung hingga menjelang azan zuhur. Insyaallah...
Pekanbaru, 20 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar